Sungguhpun Swat
Hong telah memiliki ginkang yang cukup baik akan tetapi meluncur turun dari tempat tinggi seperti itu ada
bahayanya patah atau setidaknya salah urat. Untuk meloncat sudah tidak ada waktu lagi, maka cepat dia menyambar
sebuah ranting kayu di dekat kakinya, melontarkan kayu itu dengan tepat melayang di bawah kaki Swat Hong dan
anak ini juga idak menyianyiakan pertolongan ibunya. Dia menginjak kayu itu dan tenaga luncuran kayu itu dapat
menahan dan mengurangi tenaga luncuran tubuhnya sendiri dari atas sehingga dia dapat meloncat kebawah dengan
aman. Seperti tidak pernah mengalami bahaya apa-apa, anak itu lalu lari ke arah ibunya dan berteriak girang,
"Ayah datang, Ibu?" Ibunya hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi memandang ke arah perahu yang makin mendekat
pantai. "Heii, Ayah bukan datang sendiri! Ada seorang wanita dan anak laki-laki bersama ayah di dalam perahu!"
Liu Bwe tetap tidak menjawab akan tetapi memandang tajam penuh selidiki ke arah perahu. "Wah, jangan-jangan itu
selir dan putera..ayah!" Swat Hong yang memang berwatak terbuka itu berkata mengomel. Dia pun sudah tahu akan
kebiasaan para pangeran untuk mengambil selir, maka dia tidak akan merasa heran pula kalau ayahnya juga
mempunyai selir di luar pulau Es, biar pun hatinya merasa tidak senang dan penuh iri memandang kepada anak
laki-laki di dalam perahu itu. Mendengar ucapan yang tanpa disengaja oleh Swat Hong merupakan benda tajam
menusuk hatinya itu, Liu Bwee menjawab, Perempuan itu masih terlalu muda untuk menjadi ibu anak laki-laki itu,
Sungguhpun bukan tidak mungkin dia adalah selir Ayahmu karena dia memang cantik." Jawaban ini keluar dari lubuk
hati Liu Bwee sehingga keluar melalui mulutnya seperti tidak disadarinya. Barulah dia kaget ketika kalimat itu
telah terucapkan. Cepat dia menoleh ke arah puterinya dan merasa menyesal telah mengeluarkan katakata yang
penuh cemburu tadi. Segera digandengnya tangan anaknya dan untuk mengapus kata-katanya dari hati anaknya dia
berkata riang, "Ehh, kenapa kita disini saja? Hayo kita sambut Ayahmu!" Berlarilarianlah mereka menuruni tebing
untuk menyambut kedatangan Pangeran Han Ti Ong di pantai pasir. Sikap wanita yang penuh kegembiraan ini
menyembunyikan semua perasaanya sehingga Swat Hong sudah lupa lagi akan kedukaan ibunya tadi. Sebenarnya,
memang amat giranglah hati Liu Bwee melihat kembalinya suaminya sungguhpun kegembiraanya itu akan lebih besar
andai kata suaminya pulang sendirian saja. Semenjak suaminya pergi beberapa bulan yang lalu dia mengalami
penderitaan batin yang hebat. Memang dia maklum bahwa dirinya tidak disukai oleh keluarga kerajaan, karena
dianggap seorang wanita berdarah rendah. Kebencian keluarga itu menjadi-jadi ketika mendapat kenyataan betapa
Han Ti Ong tidak mau mengambil selir.Hal ini dianggap oleh mereka Bahwa Liu Bwee menggunakan daya upaya untuk
mengikat suaminya!. Apalagi karena Liu Bwee tidak mempunya anak laki-laki, maka kebencian mereka makin
bertambah. Sudah tentu saja, yang merasa paling benci adalah mereka yang mengharap agar Han Tiong pangeran
calon raja itu memperistrikan puteri mereka! Pada waktu itu, raja yang sudah tua menderita sakit dan sudah
menjadi dugaan umum bahwa usianya takan bertahan lama lagi. Agaknya raja itu hanya menantikan kembalinya
puteranya yang menjadi putera mahkota, yaitu pangeran Han Ti Ong untuk mewariskan singasana kepada puteranya
ini. Akan tetapi, karena keadaan Han Ti Ong yang lain daripada para pangeran lain, suka merantau, isterinya
orang rendah dan hanya satu, tidak punya selir, tidak punya putera, maka Liu Bwee maklum bahwa di antara
keluarga raja terdapat persekutuan yang menentang diangkatnya suaminya menjadi calon raja! Hal inilah yang
mendukakan hatinya. Dia menganggap bahwa dirinya menjadi penghalang Bagi suaminya dan hal inilah yang paling
merusak hatinya. Maka dapat dibayangkan betapa gembira hatinya melihat suaminya pulang! Ketika ibu dan anak ini
tiba dipantai, ternyata pasukan kehormatan telah berbaris dan siap menyambut pulangnya pangeran yang dihormati
itu. Tentu saja Liu Bwee dan Swat Hong mendapat tempat kehormatan paling depan dan ketika akhirnya perahu itu
menempel dipantai dan Han Ti Ong melompat keluar sambil tersenyum lebar, Swat Hong menjadi orang pertama yang
berlari menyambut. "Ayah....!!" "Ha-ha, Hong-ji, kau makin cantik saja!" Han Ti Ong menerima puterinya itu dan
mengangkatnya tinggitinggi, lalu melemparkan tubuh anaknya keudara.
Kamis, 01 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar