Payah
juga Sin Liong menghadapi hujan pertanyaan dari anak perempuan yang baru saja menyerangnya seperti seekor
burung garuda akan tetapi yang kini sudah bersikap demikian ramah dan baik terhadapnya ini. Akan tetapi baru
saja dia memperkenalkan namanya, yaitu Kwan Sin Liong dan belum sempat menjawab pertanyaan yang lain,
perhatiannya, juga Swat Hong dan semua orang yang berada disitu tertarik oleh keributan yang terjadi ketika
Kwat Lin turun dari atas perahu. Begitu Kwat Lin turun dari perahu, wanita yang masih belum sadar betul dari
gangguan ingatannya karena malapetaka hebat yang menimpa dirinya, menjadi perhatian semua orang. Wanita ini
memang berwajah manis dan gagah, apalagi ketika turun dari perahu itu rambutnya yang awut-awutan berkibar
tertuip angin, pakaiannya yang terlalu longgar itu membuat dia kelihatan makin aneh dan penuh rahasia. Kwat Lin
turun dengan sikap tenang, akan tetapi matanya bergerak liar menyapu semua orang yang memandangnya, kemudian
mata itu berhenti memandang kepada Liu Bwee yang telah melangkah menghampirinya. "Dia ini siapakah?" Liu Bwee
bertanya tanpa mengalihkan pandang matanya dari wajah pucat itu sambil didalam hatinya menduga-duga dan menanti
jawaban yang diharapkan dari suaminya karena pertanyaan itu sesungguhnya diajukan kepada suaminya. Akan tetapi
sebelum Han Ti Ong menjawab, tiba-tiba Kwat Lin, wanita itu membentak, "Manusia-manusia busuk! Kubunuh engkau!"
Dan dia sudah meloncat ke depan dan menyerang Liu Bwee dengan pukulan yang dahsyat. "He, Twanio! jangan
begitu...!!" Sin Liong berteriak mencegah, namun terlambat karena Kwat Lin sudah menyerang dengan cepatnya.
Sedangkan para penghuni Pulau Es, termasuk Swat Hong dan Pangeran Han Ti Ong sendiri, hanya memandang dengan
tenang-tenang saja! "Wuuuutttt... plak-plak...!" Tubuh Kwat Lin terplanting ketika pukulannya tertangkis oleh
Liu Bwee dan wanita ini sudah menampar pundaknya sebagai serangan balasan. Hal ini membuat Kwat Lin yang memang
belum sadar benar itu makin marah. Dengan nekat dia melompat bangun dan menerjang lagi, Pangeran Han Ti Ong
sudah mendahuluinya menotok pundaknya sambil berkata, "Tenanglah, Nona," Kwat Lin kembali roboh, akan tetapi
tubuhnya disambar oleh Han Ti Ong. Ternyata dia telah ditotok lemas. Dengan lambaian tangan, Pangeran itu
memanggil empat orang wanita pelayan yang kelihatan tangkas-tangkas. "Dia sedang sakit ingatannya tidak
sewajarnya." Ucapan ini ditujukan kepada istrinya yang memandang marah. mendengar ini, Liu Bwee
mengangguk-angguk dan kemarahannya di wajahnya berubah menjadi iba. "Bawa dia ke kamar tamu dan rawat dia
baik-baik," kata Liu Bwee kepada empat orang pelayan itu yang segera menggotong tubuh Kwat Lin pergi dari situ.
Barulah Pangeran Han Ti Ong kini mempedulikan sambutan resmi dari para pangeran dan pasukan penghormatan. Tadi
dia seolah-olah menganggap mereka semua itu seperti patung belaka. Dengan megah Pangeran itu lalu langsung
diantar ke kamar ayahnya Sang Raja yang sedang sakit dan yang telah lama menanti kedatangan puteranya ini
sedangkan Sin Liong langsung diajak oleh Swat Hong ke bagian istana di mana dia dan ibunya tinggal, yaitu di
bagian kiri istana besar. Tepat seperti telah diduga oleh semua penghuni Pulau Es, tiga hari kemudian setelah
pulangnya Pangeran Han Ti Ong, raja tua meninggal dunia setelah sempat menyaksikan Han Ti Ong dinobatkan
menjadi penggantinya, merajai Pulau Es dalam upacara yang amat sederhana. Dapat dibayangkan betapa tidak puas
dan penasaran rasa hati para pangeran yang membenci Han Ti Ong karena usaha mereka memanaskan hati mendiang
ayah mereka tentang keadaan Han Ti Ong tidak dipedulikan oleh raja tua itu. Dan untuk memberontak secara
terang-terangan, tentu saja mereka tidak berani karena di dalam pulau itu, pada waktu itu Han Ti Ong merupakan
orang yang paling sakti. Maka, mereka itu hanya diam saja biarpun tidak pernah lengah barang seharipun untuk
mencari peluang dan kesempatan yang baik untuk menjatuhkan Han Ti Ong, atau lebih tepat lagi, menjatuhkan Lui
Bwee yang mereka anggap sebagai biang keladi dari "penyelewengan" Han Ti Ong dari kebiasaan keluarga raja di
Pulau Es! Setengah bulan kemudian, berkat perawatan yang baik dari Liu Bwee dan para pelayan, juga dengan
pengobatan tusuk jarum oleh Raja Han Ti Ong sendiri, ditambah obat-obatan berupa daun-daun yang dicari para
anak buah Pulau Es atas petunjuk Sin Liong, gangguan ingatan yang diderita oleh The Kwat Lin menjadi sembuh.
Pada suatu pagi, wanita yang bernasib malang ini duduk seorang diri di dalam taman istana, taman yang bukan
berisi bunga bungan hidup, melainkan terisi ukir-ukiran bunga dari batu-batu beraneka warna, dihias salju dan
patung patung kayu. Sudah berhari-hari, dia duduk di taman ini dan didiamkan saja karena menurut Raja Han Ti
Ong, wanita malang ini harus dibiarkan pulih kembali ingatannya dan tidak boleh diganggu. Namun, diam-diam dia
sendiri melakukan pengawasan karena entah bagaimana, makin lama dia menjadi tertarik dan tahu bahwa dia jatuh
hati kepada gadis ini!"
Jumat, 02 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar