Jumat, 02 November 2012

BUKEK SIANSU (37)

Tiba-tiba Kwat Lin melompat bangun karena mendengar gerakan di belakangnya. Sebagai seorang hali silat kelas tinggi, sedikit suara saja cukup membuat dia siap waspada . Ketika dia membalik, dia melihat Han Ti Ong yang berdiri di situ sambil memandangnya dengan senyum ramah. The Kwat Lin yang kini sudah sembuh sama sekali, memandang penuh keheranan lalu menegur, "Siapakah engkau? Dan mengapa engkau bisa berada di tempat aneh ini?" Melihat sikap gadis ini dan mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, legalah hati Raja Han Ti Ong. Sikap dan kata-kata itu sudah cukup membuktikan bahwa Kwat Lin telah sembuh sama sekali, telah kembali kepada keadaan sebelum mengalami tekanan batin hebat, maka tentu saja tidak mengenalnya dan tidak mengerti mengapa dan bagaimana bisa berada di pulau itu. "Nona, girang hatiku mendapat kenyataan bahwa Nona telah sembuh dari lupa ingatan yang Nona derita belasan hari ini." "Lupa ingatan? Sekaranglah aku kehilangan ingatan karena aku tidak mengenal engkau dan tidak tahu mengapa dan bagaimana aku bisa berada di tempat ini." "Memang begitulah. Tadinya Nona lupa ingatan, dan baru sekarang Nona sadar sehingga Nona lupa lagi apa yang Nona telah alami selama belasan hari ini. Sungguh aku ikut merasa berduka dan terharu akan nasib Ca-sha Sin-siap yang amat malang...." Tba-tiba wajah itu menjadi merah sekali dan kemudian berubah pucat, "Kau... kau tahu apa yang terjadi kepada kami...?" Raja Han Ti Ong tersenyum dan memandang wajah yang mengguncangkan hatinya itu dengan senyum mesra. Tentu saja, Nona. Aku dan muridkulah yang mengubur jenazah dua belas orang suhengmu, dan aku dan muridku pula yang menolongmu membawa kesini kemudian mengobatimu sehingga sembuh hari ini. Aku adalah Raja Han Ti Ong, raja pulau ini dan kau berada di Pulau Es." Mata yang indah ini terbelalak. "Apa...? Di... di Pulau Es... dan aku telah mendengar nama besar Pangeran Han Ti Ong..." "Sekarang telah menjadi Raja Han Ti Ong, raja sebuah pulau kecil tak berarti, Nona, dan aku belum mengetahui namamu karena selama ini kau tidak menyebut namamu." Kwat Lin menjatuhkan diri berlutut dan menahan isaknya. Saya menghaturkan banyak terima kasih atas pertolongan Paduka, dan maafkan kalau saya tidak mengenal penolong saya. Saya bernama The Kwat Lin, orang termuda Cap-sha Sin-hiap, dan...kalau paduka menaruh kasihan kepada saya, saya ingin segera pergi dari sini ... sekarang juga...." "Nona The, aku adalah seorang yang tidak bisa menyimpan rahasia hati. ketahuilah, semenjak pertama kali melihatmu dan melihat penderitaanmu, timbul rasa iba dan sayang di dalam hatiku. Karena itu, kalau kiranya engkau suka aku akan merasa berbahagia sekali kalau Nona mau tinggal didalam istanaku ini, sebagai seorang istriku, istri ke dua." Kwat Lin terkejut sekali. Dia telah berhutang budi kepada raja ini, dan sekarang raja ini secara demikian terus terang menyatakan cintanya dan ingin mengambil dia sebagai isteri! Dia menjadi isteri raja? Dia yang telah dinodai oleh Pat-jiu Kai-ong? "Tidak! Maaf... saya... saya harus pergi sekarang juga. Hanya satu tujuan hidup saya, dan Paduka tentu tahu... yaitu untuk membunuh iblis Pat-jiu Kai-ong." Han Ti Ong mengangguk-angguk. "Aku mengerti dan aku sudah menduga bahwa seorang dara perkasa seperti engkau tentu saja tidak akan mau menerima tawaranku dan tidak mungkin aku mengharapkan seorang dara seperti Nona akan jatuh cinta begitu saja kepadaku. Akan tetapi aku pun tidak terlalu mengharapkan yang ajaib. Aku jatuh cinta kepadamu, Nona, dan adanya aku berani meminangnya secara terang-terangan, karena aku yakin Nona akan menerimanya berdasarkan cita-cita tunggal Nona itulah. Bagaimana mungkin Nona akan membalas dendam kepada Pat-jiu Kai-ong, sedangkan Cap-sha Sin-hiap saja tidak mampu mengalahkannya. Akan tetapi kalau engkau menjadi istriku, hemmm...soal membalas dendam kepada Pat-jiu Kai-ong sama mudahnya dengan membalikan telapak tangan." Ucapan ini berkesan mendalam, memang buat Kwat Lin termangu-mangu. Dia bukan gadis lagi dan tidak mungkin dia menjadi istri orang, dan baginya setelah berhasil membalas dendam, hanya kematianlah yang akan mengakhiri noda yang dideritanya. Akan tetapi, menjadi istri kedua Raja Han Ti Ong yang sakti, lain lagi halnya, apa pula kalau orang sakti itu sendiri sudah tahu akan keadaanya. "Apakah... apakah Paduka akan mengajarkan ilmu kesaktian kepada saya? tanyanya dan kini dia mengangkat muka, memandang raja itu, diam-diam harus mengakui bahwa laki-laki ini gagah dan tampan, sungguhpun usianya tentu tidak kurang dari empat puluh tahun. "Terserah kepadamu. kalau engkau suka memenuhi hasrat hatiku yang ingin memperistrimu. Kalau kau menghendaki, dalam waktu pendek saja aku dapat menangkap musuhmu itu dan menyeretnya kedepan kakimu. Atau, engkau boleh mempelajari ilmu dan aku berani tanggung bahwa selama setahun saja engkau akan mengalahkan musuhmu itu." "Be...benarkah itu?" "Nona The Kwat Lin. Han Ti Ong bukan orang biasa membohong, pula aku tidak ingin mendapatkan dirimu dengan jalan membohong.

0 komentar:

Posting Komentar