Minggu, 04 November 2012

BUKEK SIANSU (44)

Suhu, sudah berkali-kali teecu menyatakan bahwa hukuman seperti ini tidak patutu dilakuakan di Lebih baik menuntut mereka yang tersesat agar kembali ke jalan benar dari pada menghukum mereka dengan kekerasan yang akan membuat meraka menjadi lebih jahat lagi." Kwat Sin Liong, kau tak berhak untuk mencela hukum yang sudah menjadi tradisi kami! Hakim, lanjutkan persidangan dan pembelaan yang dilakukan atas diri Bouw Tang Kui tidak dapat diterima!" bentak Han Ti Ong yang merasa tersinggung juga mendengar betapa peraturan yang dijunjung tinggi selam ratusan tahun oleh nenek moyangnya itu kini disangkal dan dicela oleh seorang bocah yang menjadi muridnya! Sin Liong menghela nafas dan terpaksa dia duduk kembali. "Ssttt, kau terlampau berani...." Swat Hong berbisik. "Hemmm... tiada gunanya...." Sin Liong balas berbisik. Suara jaksa yang lantang sudah memanggil nama dua orang pesakitan yang lain, laki-laki tampan dan wanita cantik itu. Mereka maju dan berlutut di depan pengadilan. "Sia Gin Hwa dan Lu Kiat telah ditangkap karena melakukan perjinaan. Karena Sin Gin Hwa telah menjadi istri syah dari Ji Hoat, maka perbuatan itu merupakan perbuatan hina yang hamat berdosa, melanggar larangan keras yang telah disyahkan hukum. Karena itu, tidak ada pengampunan baginya dan mohon pengadilan menjatuhkan hukuman terberat kepadanya. Adapun Lu Kiat, biarpun masih muda dan belum beristri, namun dia telah berjinah dengan istri orang, maka dia pun harus dijatuhi hukuman yang layak. Kemudian terserah kepada hakim." Wanita itu menundukan mukanya yang menjadi merah sekali ketika mendengar suara mengejek dari mereka yang menonton di luar ruangan sidang, akan tetapi sikapnya masih tenang-tenang saja. Adapun Lu Kiat, pemuda itu menjadi pucat wajahnya, akan tetapi dia juga menundukan mukanya, kelihatan gelisah sekali. "Pengadilan memutuskan hukuman buang ke Pulau Neraka kepada Sia Gin Hwa dan hukuman rangket seratus kali kepada Lu Kiat!" "Hamba tidak menerima!" Tiba-tiba Sia Gin Hwa berteriak. "Yang melakukan perjinaan adalah hamba berdua, maka kalau dibuang pun harus hamba berdua!" "Tidak, hamba menerima hukuman rangket seratus kali!" teriak pula Lu kiat. "Laki-laki apa kau ini? Ketika merayuku, kau berjanji akan bersama-sama menderita andaikata dibuang ke Pulau Neraka!" Sia Gin Hwa memaki dan terjadilah ribut mulut antara mereka. "Diam!!" Teriakan menggetarkan dari Han Ti Ong membuat mereka berdiri menjatuhkan diri mohon pengampunan. "Karena kalian melakukan perbuatan yang memalukan sekali, menodakan nama baik Pulau Es, maka sepatutnya kalian berdua sama-sama dibuang ke Pulau Neraka!" kata Raja itu dengan suara tenang namun penuh wibawa. Sia Gin Hwa memegang tangan kekasihnya dan menangis sambil menciumi tangan itu, akan tetapi wajah Lu Kiat menjadi makin pucat. Kembali Sin Liong bangkit berdiri. "Maaf, Suhu. Teecu terpaksa membantah lagi! Mereka memang telah melakukan perbuatan yang melanggar hukum yang ada, akan tetapi apakah perbuatan mereka itu sudah demikian jahatnya maka sampai mereka dihukum buang? Teecu kira di balik perbuatan mereka itu tentu ada sebab dan alasannya. Mereka menjadi korban nafsu, akan tetapi kalau seoarang istri sampai melakukan penyelewengan, tentu pihak suami juga ada kesalahannya. Tidak perlukah diselidiki mengapa wanita ini yang telah bersuami sampai berjina dengan pria lain? Mengapa dia sampai tidak dapat menahan dorongan nafsu berahi? Tentu ada sebab-sebabnya." " Sin Liong, engkau seorang bocah belum dewasa, tahu apa tentang nafsu berahi?" bentak gurunya, agak tertegun juga karena dia mendapatkan kebenaran tersembunyi di balik bantahan muridnya itu. Terdengar suara ketawa ditahan di sana-sini, bahkan permaisuri sendiri menahan senyumnya. "Teecu...teecu...mengerti dari kitab...." "Pembelaan seorang anak yang belum dewasa terhadap perjinaan yang dilakukan orang dewasa tidak dapat diterima. Laksanakan hukumannya dan buang mereka bertiga sekarang juga ke Pulau Neraka!" kata Han Ti Ong. Persidangan dibubarkan dan tiga orang pesakitan itu lalu digiring keluar untuk dilaksanakan hukuman atas diri mereka, yaitu dibuang ke Pulau Neraka, hukuman yang paling mengerikan dan paling di takuti oleh semua penghuni Pulau Es karena mereka semua tahu bahwa di buang ke Pulau Neraka berarti hidup tersiksa dan sengsara, lebih hebat dari kematian! Peristiwa seperti inilah yang membuat hati Sin Liong memberontak. Dia amat cinta dan kagum kepada suhunya, akan tetapi peraturan hukum di Pulau Es ini dianggapnya terlalu kejam. Sebaliknya, Han Ti Ong yang maklum akan kekecewaan hati muridnya yang dia kagumi dan cinta, berusaha menyenangkan hati muridnya itu dengan menurunkan ilmu-ilmu simpanannya sehingga dalam waktu setahun lagi saja ilmu kepandaian pemuda yang berusia lima belas tahun itu menjadi makin hebat. Boleh dibilang dialah orang satu-satunya yang menjadi pewaris ilmu-ilmu Pulau Es. Biarpun Permaisuri juga mewarisi banyak ilmu dahsyat namun dibandingkan dengan Sin Liong dia kalah bakat sehingga kalah sempurna gerakannya, apa lagi dalam hal tenaga sinkang dia kalah jauh. Hal ini adalah karena Sin Liong adalah seorang yang pada dasarnya memiliki batin kuat dan tidak pernah terseret oleh nafsu, sebaliknya The Kwat Lin adalah seorang wanita yang dibangkitkan nafsunya semenjak dia diperkosa oleh Pat-jiu Kai-ong.

0 komentar:

Posting Komentar