Suhu, sudah berkali-kali teecu menyatakan bahwa hukuman
seperti ini tidak patutu dilakuakan di Lebih baik menuntut mereka yang tersesat agar kembali ke jalan benar
dari pada menghukum mereka dengan kekerasan yang akan membuat meraka menjadi lebih jahat lagi." Kwat Sin Liong,
kau tak berhak untuk mencela hukum yang sudah menjadi tradisi kami! Hakim, lanjutkan persidangan dan pembelaan
yang dilakukan atas diri Bouw Tang Kui tidak dapat diterima!" bentak Han Ti Ong yang merasa tersinggung juga
mendengar betapa peraturan yang dijunjung tinggi selam ratusan tahun oleh nenek moyangnya itu kini disangkal
dan dicela oleh seorang bocah yang menjadi muridnya! Sin Liong menghela nafas dan terpaksa dia duduk kembali.
"Ssttt, kau terlampau berani...." Swat Hong berbisik. "Hemmm... tiada gunanya...." Sin Liong balas berbisik.
Suara jaksa yang lantang sudah memanggil nama dua orang pesakitan yang lain, laki-laki tampan dan wanita cantik
itu. Mereka maju dan berlutut di depan pengadilan. "Sia Gin Hwa dan Lu Kiat telah ditangkap karena melakukan
perjinaan. Karena Sin Gin Hwa telah menjadi istri syah dari Ji Hoat, maka perbuatan itu merupakan perbuatan
hina yang hamat berdosa, melanggar larangan keras yang telah disyahkan hukum. Karena itu, tidak ada pengampunan
baginya dan mohon pengadilan menjatuhkan hukuman terberat kepadanya. Adapun Lu Kiat, biarpun masih muda dan
belum beristri, namun dia telah berjinah dengan istri orang, maka dia pun harus dijatuhi hukuman yang layak.
Kemudian terserah kepada hakim." Wanita itu menundukan mukanya yang menjadi merah sekali ketika mendengar suara
mengejek dari mereka yang menonton di luar ruangan sidang, akan tetapi sikapnya masih tenang-tenang saja.
Adapun Lu Kiat, pemuda itu menjadi pucat wajahnya, akan tetapi dia juga menundukan mukanya, kelihatan gelisah
sekali. "Pengadilan memutuskan hukuman buang ke Pulau Neraka kepada Sia Gin Hwa dan hukuman rangket seratus
kali kepada Lu Kiat!" "Hamba tidak menerima!" Tiba-tiba Sia Gin Hwa berteriak. "Yang melakukan perjinaan adalah
hamba berdua, maka kalau dibuang pun harus hamba berdua!" "Tidak, hamba menerima hukuman rangket seratus kali!"
teriak pula Lu kiat. "Laki-laki apa kau ini? Ketika merayuku, kau berjanji akan bersama-sama menderita
andaikata dibuang ke Pulau Neraka!" Sia Gin Hwa memaki dan terjadilah ribut mulut antara mereka. "Diam!!"
Teriakan menggetarkan dari Han Ti Ong membuat mereka berdiri menjatuhkan diri mohon pengampunan. "Karena kalian
melakukan perbuatan yang memalukan sekali, menodakan nama baik Pulau Es, maka sepatutnya kalian berdua
sama-sama dibuang ke Pulau Neraka!" kata Raja itu dengan suara tenang namun penuh wibawa. Sia Gin Hwa memegang
tangan kekasihnya dan menangis sambil menciumi tangan itu, akan tetapi wajah Lu Kiat menjadi makin pucat.
Kembali Sin Liong bangkit berdiri. "Maaf, Suhu. Teecu terpaksa membantah lagi! Mereka memang telah melakukan
perbuatan yang melanggar hukum yang ada, akan tetapi apakah perbuatan mereka itu sudah demikian jahatnya maka
sampai mereka dihukum buang? Teecu kira di balik perbuatan mereka itu tentu ada sebab dan alasannya. Mereka
menjadi korban nafsu, akan tetapi kalau seoarang istri sampai melakukan penyelewengan, tentu pihak suami juga
ada kesalahannya. Tidak perlukah diselidiki mengapa wanita ini yang telah bersuami sampai berjina dengan pria
lain? Mengapa dia sampai tidak dapat menahan dorongan nafsu berahi? Tentu ada sebab-sebabnya." " Sin Liong,
engkau seorang bocah belum dewasa, tahu apa tentang nafsu berahi?" bentak gurunya, agak tertegun juga karena
dia mendapatkan kebenaran tersembunyi di balik bantahan muridnya itu. Terdengar suara ketawa ditahan di
sana-sini, bahkan permaisuri sendiri menahan senyumnya. "Teecu...teecu...mengerti dari kitab...." "Pembelaan
seorang anak yang belum dewasa terhadap perjinaan yang dilakukan orang dewasa tidak dapat diterima. Laksanakan
hukumannya dan buang mereka bertiga sekarang juga ke Pulau Neraka!" kata Han Ti Ong. Persidangan dibubarkan dan
tiga orang pesakitan itu lalu digiring keluar untuk dilaksanakan hukuman atas diri mereka, yaitu dibuang ke
Pulau Neraka, hukuman yang paling mengerikan dan paling di takuti oleh semua penghuni Pulau Es karena mereka
semua tahu bahwa di buang ke Pulau Neraka berarti hidup tersiksa dan sengsara, lebih hebat dari kematian!
Peristiwa seperti inilah yang membuat hati Sin Liong memberontak. Dia amat cinta dan kagum kepada suhunya, akan
tetapi peraturan hukum di Pulau Es ini dianggapnya terlalu kejam. Sebaliknya, Han Ti Ong yang maklum akan
kekecewaan hati muridnya yang dia kagumi dan cinta, berusaha menyenangkan hati muridnya itu dengan menurunkan
ilmu-ilmu simpanannya sehingga dalam waktu setahun lagi saja ilmu kepandaian pemuda yang berusia lima belas
tahun itu menjadi makin hebat. Boleh dibilang dialah orang satu-satunya yang menjadi pewaris ilmu-ilmu Pulau
Es. Biarpun Permaisuri juga mewarisi banyak ilmu dahsyat namun dibandingkan dengan Sin Liong dia kalah bakat
sehingga kalah sempurna gerakannya, apa lagi dalam hal tenaga sinkang dia kalah jauh. Hal ini adalah karena Sin
Liong adalah seorang yang pada dasarnya memiliki batin kuat dan tidak pernah terseret oleh nafsu, sebaliknya
The Kwat Lin adalah seorang wanita yang dibangkitkan nafsunya semenjak dia diperkosa oleh Pat-jiu Kai-ong.
Minggu, 04 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar