Kalau dia
menggunakan senjata itu dan sekali lawan tergigit mati tentu dia akan mendapat marah besar. Maka dia lalu
berteriak keras dan mengerahkan seluruh ilmunya meringankan tubuh. "Aihhh...!" Swat Hong terkejut ketika
melihat betapa tubuh lawan dapat bergerak lebih cepat lagi dan dalam serangkaian serangan yang tak terduga
saking cepatnya, hampir saja pundaknya kena dicengkeram. Dia berseru sambil meloncat keatas, tinggi sekali
kemudian bagaikan seekor burung walet, tubuhnya sudah membalik di udara, menukik kebawah dan dia sudah
melancarkan serangan dengan jurus Kak-seng-jip-hai (Bintang Terompet Memasuki Laut), jurus terakhir yang paling
ampuh dan yang dulu dilatihnya dengan ibu dan ayahnya sehingga dia mahir sekali mainkan jurus ini. Hebat bukan
main daya serang jurus ini karena selagi tubuh meluncur turun dengan menukik kebawah, kedua tangannya sudah
bergerak mencengkram kearah ubun-ubun kepala lawan yang botak itu! "Hayaaa...!" kini Lo Thong yang kaget ketika
merasa ada hawa dingin menyentuh ubun-ubun kepalanya dari atas. Maklum bahwa serangan itu merupakan ancaman
maut bagi dirinya, dia tidak berani lengah, cepat membuang diri kebelakang sehingga dia terjengkang, kemudian
menggunakan ginkangnya untuk berguling di atas lantai. Dengan gerakan ini, biarpun pakainnya kotor terkena
debu, namun dia selamat dan dapat menghindarkan diri dari serangan jurus Kak-seng-jip-hai tadi. Akan tetapi,
betapa terkejutnya melihat dara itu sudah meloncat ke depan dan baru saja dia bangkit berdiri, Swat Hong sudah
menghantamnya dengan kedua tangan didorongkan ke depan. "Haiiiiiiittt!!" Swat Hong berseru nyaring dan
mengerahkan tenaga sinkangnya. "Sumoi, jangan....!" Sin Hong berteriak, kaget ketika melihat betapa sumoinya
itu menggunakan tenaga Swat-im-sin-ciang (Tenaga Pukulan Inti Salju) yang merupakan sinkang paling ampuh dari
Pulau Es! Untuk melatih diri agar bisa menguasai tenaga im-kang yang amat kuat ini, orang harus bersamadhi di
atas salju, tanpa pakaian, dan melewati malam-malam yang dinginya menyusup tulang! Dan sebagai puteri Raja Han
Ti Ong, tentu saja Swat Hong telah menguasai sinkang itu yang kini dipergunakan untuk menyerang selagi lawan
terdesak. "Ciaaaattt...!!" Lo Thong juga berteriak keras dan cepat dia menolak hawa serangan itu dengan
dorongan kedua tangannya. Dua tenaga sinkang bertemu tanpa kedua pasang telapak tangan itu bersentuhan dan
akibatnya, Lo Thong terhuyung kebelakang dan dari ujung bibirnya mengucur darah! Sambil menggereng keras, Lo
Thong yang merasa penasaran itu melompat ke depan menerkam, akan tetapi Swat Hong yang sudah siap menyambutnya
dengan sebuah tendangan dari samping yang tepat mengenai pantat Lo Thong dan membuat tubuhnya terlempar jauh ke
arah tempat duduk Ouw Kong Ek! Ketua Pulau Neraka ini marah sekali, tangannya bergerak menyambut tubuh itu dan
tahu-tahu tubuh Lo Thong sudah melayang lagi ke arah Swat Hong. Akan tetapi ternyata bahwa ketika menyambut
tadi, Ouw Kong Ek yang lihai telah menotok dua jalan darah di pungung pembantunya yang seketika merasa dadanya
lega kembali, begitu dia dilontarkan ke arah Swat Hong, dengan nekat dia sudah menyerang dengan kedua lengan
dikembangkan, kedua tangan hendak mencengkram tubuh gadis itu. Swat Hong terkejut sekali, tidak nyangka bahwa
tubuh lawan akan secepat itu melayang kembali ke arahnya, maka dia berteriak dan maklum akan bahaya yang
mengancam karena dia tidak sempat mengelak lagi! Akan tetapi tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu
Sin Liong telah berada di dekat sumoinya. dengan tangan kiri dia menarik tubuh sumoinya dan dengan tangan kanan
dia menyapok ke atas dan kedua tangan Lo Thong tertangkis, bahkan tubuh orang botak ini terdorong miring dan
cepat dia meloncat ke atas lantai dengan mata terbelalak heran dan kagum akan kehebatan tenaga pemuda itu.
Maklum bahwa dia tak mampu menang, dia lalu mengundurkan diri di dekat ketuanya dengan muka penuh keringat.
"Bagus! Puteri Han Ti Ong lumayan juga kepandaiannya, boleh coba-coba dengan aku sendiri!" Ouw Kong Ek turun
dari kursinya dan melangkah ke tengah lapangan. "Baik, majulah! Aku tidak takut menghadapimu!" Swat Hong
menantang. "Sumoi, mundurlah! Biar aku menghadapi Ouw Tocu." Sin Liong mencegah sumoinya. "Tidak, aku akan
menghadapi sendiri!" Sin Liong melangkah menghampiri Ouw Kong Ek dan berkata, "Ouw-tocu, benarkah Tocu
menantang sumoiku ini? Harap Tocu suka melihat baik-baik. Sumoiku adalah seorang anak perempuan yang usianya
sebaya dengan cucumu, sehingga kalau Tocu menantangnya sama artinya dengan Tocu menantang seorang cucu! Kalau
Tocu tidak malu bertanding dengan seorang anak perempuan yang sepatutnya menjadi cucumu, silahkan. Kalau Tocu,
cukup gagah biarlah aku menerima tantanganmu tadi. mari kita bertanding mengukur kepandaian. Kalau aku kalah,
terserah kepada Tocu. kalau aku menang, setelah aku mengajarkan ilmu pengobatan, Tocu akan membiarkan kami
berdua pergi dari pulau ini dengan aman. Bagaimana?" "Aku tidak takut! Suheng, biar aku melawan dia, aku tidak
takut!" Swat Hong berteriak-teriak. Ouw Kong Ek memandang kepada dara muda dan mukanya berubah merah. Memang
tidak keliru omongan Sin Liong tadi. Bocah itu masih amat muda, masih kanak-kanak sebaya Soan Cu. Seorang
anak-anak dan perempuan lagi! Tentu saja akan amat merendahkan dirinya kalau sampai dia menantang seorang anak
perempuan kecil! "Baiklah, mari kita mengadu kepandaian Kwa Sin Liong," katanya. Sin Liong menoleh kepada
sumoinya. "Nah, kau dengar. Yang ditantang adalah aku, buka kau, Sumoi. Mundurlah." Swat Hong
membanting-banting kaki, terpaksa dia mundur akan tetapi lebih dulu dia berkata kepada Ouw Kong Ek, "Aku selalu
masih siap untuk melayani jago Pulau Neraka yang manapun juga." Ouw Kong Ek dan Sin Liong sidah saling
berhadapan dan keduanya saling pandang tanpa bergerak, seolaholah hendak mengukur dan menilai keadaan lawan
dengan pandangan matanya. Melihat sikap pemuda yang amat tenang itu, juga pancaran sinar matanya lembut dan
bebas dari rasa takut maupun kebencian dan kemarahan, hati Ouw Kong Ek menjadi makin suka. Melihat sikap pemuda
ini, sukar untuk dipercaya bahwa pemuda ini adalah murid Han Ti Ong, Raja Pulau Es yang sakti. Kelihatannya
hanya seperti seorang pemuda yang lemah, pantasnya seorang sastrawan yang biasanya hanya membaca sajak dan
menulis huruf indah atau meniup suling. "Orang muda, mulailah!" Ouw Kong Ek berkata ragu-ragu untuk menggunakan
kepandaiannya menyerang orang yang kelihatannya lemah ini. "Ouw-tocu, bukan aku yang menghendaki adu kepandaian
ini, maka biarlah aku hanya menjaga diri saja." Jawaban yang keluar dengan suara lembut dan sejujurnya itu
setidaknya memanaskan hati Ouw Kong Ek karena kedengarannya seolah-olah pemuda itu memandang rendah kepadanya.
Pemuda ini sama sekali tidak gentar menghadapinya, hal itu sama saja memandang rendah! "Kwa Sin Liong,
sambutlah seranganku!" bentaknya dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, gerakannya perlahan saja namun
didahului sambaran angin pukulan dari kedua telapak tangannya. "Wuuuuuttt... wuuuuttt!!" hawa pukulan yang
dahsyat dua kali menyambar ke arah leher dan pusar Sin Liong ketika kakek itu menggerakan kedua tangannya
memukul. Dengan tubuh ringan sekali Sin Liong menggeser kaki dan berhasil mengelah sampai berturut-turut enam
kali karena ternyata bahwa pukulan kakek itu begitu luput dari sasaran terus dilanjutkan dengan serangan
berikutnya tanpa berhenti sedikit pun, sehingga enam kali berturut-turut kedua tangannya menyambar dahsyat dari
segala jurusan! barulah Sin Liong dapat membebaskan diri dari kepungan kedua tangan itu ketika dia meloncat
jauh ke belakang, dan siap lagi menghadapi serangan berikutnya. "Bagus!" Ouw Kong Ek berseru kagum melihat
betapa pemuda itu dengan enak saja sudah berasil menghindarkan diri dari serangan pukulan yang dinamakan Jurus
Pukulan Badai Mengamuk. Kemudian dia menerjang lagi, kini dia tidak bergerak lambat lagi, melainkan cepat
sekali. Kaki tangannya bergerak dengan cepatnya, gerakan yang aneh namun setiap gerakan mengandung daya serang
yang amat berbahaya. Kembali Sin Liong menyambut serangan-serangannya itu dengan tenang dan hati-hati, mengelak
ke sanansini dan hanya kalau terpaksa dia menggunakan kedua tangannya untuk menangkis atau menyampok. Perlahan
saja pemuda itu menangkis, namun selalu tangkisannya yang membawa hawa pukulan Im-kang itu berhasil menghalau
tangan lawan! Sampai tiga puluh jurus lebih Sin Liong selalu mengelak dan menangkis tanpa satu kalipun membalas
serangan lawan! Tentu saja hal ini membuat Ouw Kong Ek kagum sekali. Pemuda ini sudah diserangnya dengan hebat,
didesaknya sampai keadaannya berbahaya, namun tetap tidak mau membalas. "Eh, Suheng, kau tidak membalas, apa
kau merasa phai-seng-gi (sungkan) kepada orang yang hendak memunggut mantu kepadamu?" Swat Hong
berteriak-teriak penuh penasaran ketika melihat suhengnya bertempur seperti orang mengalah saja. Merah muka Sin
Liong. Memang dia tidak mau membalas karena dia selamanya belum pernah memukul orang! Dia memang mempelajari
silat yang tinggi sekali tingkatannya, bahkan dari kitab-kitab lama yang rahasia dan tak pernah dibaca orang di
dalam perpustakaan Pulau Es, dia menemukan ilmu-ilmu mujijat, di antaranya ilmu mengenal inti gerakan semua
ilmu silat. Akan tetapi dia merasa sungkan dan ngeri kalau harus memukul orang lain, apalagi kepada kakek yang
sama sekali tidak ada permusuhan apaapa dengannya itu. Kini mendengar ejekan Swar Hong, dia merasa tidak enak
dan hatinya terguncang. Guncangan ini memperlambat gerakan tangannya, maka ketika dia menangkis sebuah pukulan,
tangkisannya meleset dan pukulan tangan kiri Ouw Kong Ek menyerempet pundaknya. Tubuhnya tergetar hebat dan dia
terhuyung ke belakang. Ouw Kong Ek yang merasa penasaran sekali kini maklum bahwa kalau pemuda itu membalas
serangannya, mungkin dia akan kalah! maka melihat hasil pukulannya yang membuat Sin Liong terhuyung dia cepat
mendesak maju. Dia harus mengalahkan pemuda ini karena dia ingin sekali pemuda ini menjadi penghuni Pulau
Neraka, dan kalau mungkin menjadi suami Soan Cu. Dan untuk itu, dia harus lebih dulu merobohkannya. Maka dia
cepat mendesak selagi tubuh Sin Liong terhuyung ke belakang itu.
Sabtu, 10 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar