"Heiii! Mundur kalian, jangan ganggu dia!!" Sin Liong sudah meloncat ke depan. "Kau yang mundur! Mengapa
ikut-ikut keluar?" Swat Hong membentak dan memandang Sin Liong dengan mata mendelik. "Ehh? Sumoi...? Aku hanya
ingin menolongmu." "Siapa membutuhkan pertolonganmu? kembalilah ke kamar tahananmu itu dengan ... dengan..."
Akan tetapi Swat Hong tak dapat melanjutkan kata-katanya karena kini orang-orang Pulau Neraka telah
mengeroyoknya. "Wuuuttt... siuuuuttt!" Tubuh Swat Hong sudah menyambar ke sana-sini, selain mengelak dari
serbuan banyak senjata itu, juga untuk mengirim serangan serangan balasan dengan tangan dan kakinya yang
bergerak cepat sekali. Bukan main hebatnya Swat Hong yang bergerak cepat dan yang didorong oleh perasaan marah
itu. Dia memang marah, bukan marah kepada orang-orang Pulau Neraka, melainkan marah kepada... Sin Liong!
Kiranya tanpa diketahui oleh Sin Liong sendiri, sudah sejak tadi Swat Hong tiba di tempat itu, menggunakan
kepandaiannya menyelundup sehingga tidak diketahui para penjaga dan dia telah dapat mendengarkan percakapan
antara suhengnya dan Soan Cu. Hatinya menjadi panas! Dia sendiri tidak tahu akan hal ini, tidak sadar mengapa
dia menjadi tidak senang mendengar betapa suhengnya bercakap-cakap dengan ramah bersama seorang gadis! karena
itu, niatnya untuk menolong suhengnya menjadi buyar dan dia hanya menonton saja ketika suhengnya diserbu
binatang berbisa dan dapat menolong diri dengan obat penolak yang diberikan oleh Soan Cu. Ketika Swat Hong yang
marah menyaksikan ibunya dijatuhi hukuman buang melarikan diri dari Pulau Es, dara ini segera berlayar
menggunakan sebuah perahu Pulau Es. Tujuannya memang hendak membuang diri ke Pulau Neraka menggantikan ibunya,
dan terutama hal ini dilakukannya sebagai protes kepada ayahnya. Akan tetapi karena dia belum pernah pergi ke
pulau tempat buangan itu, dan pula karena sudah jauh meninggalkan Pulau Es dia mulai merasa gelisah dan ngeri
memikirkan keadaan Pulau Neraka yang kabarnya amat berbahaya itu, maka dia tersesat jalan, mendarat di
pulau-pulau kosong sekitar Pulau Neraka. Akhirnya dia melihat dari jauh perahu Sin Liong meluncur di antara
gumpalan-gumpalan es yang menggunung. Dia merasa heran sekali melihat suhengnya dan merasa khawatir kalau-kalau
suhengnya itu mengejarnya atas suruhan raja untuk memaksanya kembali ke Pulau Es. Maka diam-diam ia lalu
mengikuti dari jauh sampai akhirnya dia melihat suhengnya mendarat di Pulau Neraka. Dengan menggunakan
kepandaianya. Swat Hong berhasil pula mendarat di Pulau Neraka. Dia tidak khawatir akan serangan
binatang-binatang berbisa, karena sebelum berangkat Swat Hong membawa batu mustika hijau yang dia dapat dahulu
dari ayahnya. Di bagian tertentu di dasar laut dekat Pulau Es terdapat batu mustika hijau ini yang amat sukar
didapat dan hanya beberapa orang penghuni Pulau Es saja yang berhasil mendapatkannya. Batu mustika hijau ini
mengandung khasiat yang mujijat terhadap ular berbisa dan semua binatang berbisa, selalu ditakuti
binatang-binatang itu, juga dapat dipergunakan untuk mengobati luka terkena gigitan binatang berbisa. Maka,
dengan batu mustika ditangannya, dengan mudah Swat Hong dapat memasuki Pulau Neraka tanpa mendapat gangguan
sedikit pun dari binatang berbisa yang hidup di pulau itu. Ketika Swat Hong tiba di tengah pulau, dia sempat
melihat sinar, maka dia menanti sampai larut malam dan menyelundup ke dalam tempat tahanan, dengan maksud
menolong suhengnya, akan tetapi tanpa disengaja dia dapat mendengarkan percakapan antara suhengnya dengan Soan
Cu. Inilah yang membuat hatinya menjadi panas sehingga ketika dia ketahuan para penjaga dan dikroyok, dia
menolak keras bantuan Sin Liong! Tentu saja Sin Liong menjadi terheran-heran melihat sikap sumoinya dan
memandang dengan alis berkerut dan hati khawatir. Sudah ada enam orang pengeroyok terguling roboh oleh gerakan
kaki tangan Swat Hong yang marah itu, padahal dara itu belum mencabut pedangnya. Dapat dibayangkan betapa akan
hebatnya kalau dara itu sudah menggunakan senjata! "Sumoi, tahan...!" Dia meloncat maju. "Singgg...! Mundur
kau!" Sin Liong terkejut melihat sumoinya mencabut pedang! Dan pada saat itu, terdengar bentakan keras,
"Siapakah gadis cilik itu berani mengacau disini? Ahhh, Kwa Sin Liong, engkau berani lolos dari tempat
tahanan?" Yang datang adalah Ouw Kong Ek, ketua Pulau Neraka! Tentu saja ketua ini tidak mengenal Swat Hong,
sebaliknya, dara itupun tidak mengenal kakek berkepala besar ini, maka dia memandang rendah dan membentak,
"Siapa kau? Kalau sudah bosan hidup, majulah!" Dara itu dengan gerakan gagah melintangkan pedangnya di depan
dada. Sin Liong cepat melangkah maju. Dia tahu betapa lihainya kakek ini, maka untuk mencegah pertempuran, dia
cepat berkata, "Tocu, jangan salah sangka.Dia adalah sumoiku, dia adalah puteri Suhu, Raja dari Pulau Es!"
Semua orang terkejut mendengar ini dan para pengurung melangkah mundur dengan mata terbelalak.
Jumat, 09 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar