Empat orang lainnya terkejut dan marah sekali. Mereka memutar golok lebih gencar lagi, bahkan kini tangan kiri mereka membantu dengan serangan totokan Sam-ci-tiam-hoat yang ampuh! Namun orang yang mereka keroyok itu tertawa-tawa mempermainkan mereka. Setiap serangan golok dapat dihalau dengan mudah oleh payung yang diputar-putar sedangkan ujung rambut yang panjang itu mengeluarkan suara ledakan-ledakan kecil dan menyambar-nyambar di atas kepala mereka, tidak menyerang, hanya mendatangkan kepanikan saja karena memang dipergunakan untuk mempermainkan mereka. "Mampuslah!" Orang ke dua yang menyerang dengan golok ketika goloknya ditangkis, cepat dia "memasuki"
lowongan dan berhasil mengirim totokan. Karena tempat terbuka yang dapat dimasuki jari tangannya di antara
putaran payung itu hanya di bagian dada, maka dia menotok dada kiri wanita itu. Dalam keadaan seperti itu,
menghadapi lawan yang amat tangguh, pendekar ini sudah tidak mau lagi mempergunakan sopan santun yang tentu
tidak akan dilanggarnya kalau keadaan tidak mendesak seperti itu. "Cusss...!" tiga buah jari tangan itu tepat
mengenai buah dada kiri yang besar, tapi dia hanya merasakan sesuatu yang lunak hangat, sedangkan wanita itu
sama sekali tidak terpengaruh, bahkan mengerling dan berkata, "Ihh, kau bersemangat benar, tampan. Belum
apa-apa sudah main colek dada, hihik!" Tentu saja pendekar ini menjadi merah sekali mukanya. Dia merasa malu
akan tetapi juga penasaran. Ilmu totok yang dimilikinya sudah terkenal dan belum pernah gagal. Tadi jelas dia
telah menotok jalan darah yang amat berbahaya di dada wanita itu, mengapa wanita itu sama sekali tidak
merasakan apa-apa, bahkan menyindirnya dan dianggap dia mencolek dada? Dengan marah dia menerjang lagi bersama
tiga orang sutenya. "Sudah cukup, sudah cukup, rebah dan beristirahatlah kalian!" Tiba-tiba payung itu tertutup
kembali, berubah menjadi pedang yang aneh dan segulung sinar hitam menyambar-nyambar mendesak empat orang itu,
kemudian dari atas terdengar ledakan-ledakan dan berturut-turut tiga orang lagi roboh terkena totokan ujung
rambut wanita sakti itu. Seperti orang pertama, mereka ini pun roboh tertotok dan lumpuh, hanya dapat memandang
dengan mata terbelalak namun tidak menggerakan kaki tangan mereka! Orang termuda dari mereka kaget setengah
mati melihat betapa empat orang suhengnya telah roboh. Namun dia tidak menjadi gentar, bahkan dengan kemarahan
dan kebencian meluap dia memaki, "Perempuan hina, pelacur rendah, siluman betina, aku takkan mau sudah sebelum
dapat membunuhmu!" "Aihhh... kau penuh semangat akan tetapi mulutmu penuh makian menyebalkan hatiku!" Golok itu
tertangkis oleh payung sedemikian kerasnya sehingga terpental dan sebelum laki-laki itu dapat mengelak, sinar
hitam menyambar dan ujung rambut telah membelit lehernya! Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan
libatan rambut dari lehernya dengan kedua tangan, akan tetapi begitu wanita itu menggerakkan kepalanya,
rambutnya terpecah menjadi banyak gumpalan dan tahu-tahu kedua pergelangan lengan orang itu pun sudah terbelit
rambut yang seolah-olah hidup seperti ular-ular hitam yang kuat. "Nah, kesinilah, Tampan. Mendekatlah, kekasih.
Kau perlu dihajar agar tidak suka memaki lagi!" Laki-laki itu sudah membuka mulut hendak memaki lagi, akan
tetapi libatan rambut pada lehernya makin erat sehingga dia tidak dapat bernapas, kemudian rambut itu
menariknya mendekat kepada wanita yang tersenyum-senyum itu! Kini laki-laki itu sudah berada dekat sekali,
bahkan dada dan perutnya telah menempel pada dada yang membusung dan perut yang mengempis dari wanita itu.
Tercium olehnya bau wangi yang aneh dan memabokkan, akan tetapi karena lehernya terbelit kuat-kuat, dan
napasnya tak dapat lancar, maka dia terpaksa menjulurkan lidahnya keluar. "Aihhh, kau perlu diberi sedikit
hajaran, Tampan!" Empat orang pendekar yang tertotok melihat dengan mata terbelalak penuh kengerian betapa
wanita iut kini mendekatkan muka sute mereka yang termudda, kemudian membuka mulut dan mencium mulut sute
mereka yang terbuka dan lidah yang terjulur keluar itu.Mereka melihat tubuh sute mereka berkelojot sedikit
seperti menahan sakit, mata sute mereka terbelalak, namun wanita itu terus mencium dan menutup mulut pria itu
dengan mulutnya sendiri yang lebar. Tak dapat terlihat oleh empat orang pendekar itu betapa wanita itu yang
kejam dan keji seperti iblis, telah menggunakan giginya untuk menggigit sampai terluka lidah sute mereka yang
terjulur keluar, kemudian menghisap darah dari luka di lidah itu! Mereka berempat hanya melihat betapa wanita
itu memejamkan mata, baru sekarang mereka melihat wanita itu memejamkan mata, kelihatan penuh nikmat, akan
tetapi wajah sute mereka makin pucat dan mata sute mereka yang terbelalak itu membayangkan kenyerian dan
ketakutan yang hebat. Agaknya wanita itu tidak puas karena darah yang dihisapnya kurang banyak, maka kini dia
melepaskan mulut pemuda itu dan memindahkan ciuman mulutnya ke leher si Pemuda. Dapat dibayangkan betapa kaget
empat orang pendekar itu melihat bahwa mulut sute mereka penuh warna merah darah! "Sute...!!!" Mereka berseru
akan tetapi tidak dapat menggerakkan kaki tangan mereka. Sute mereka meronta-ronta seperti ayam disembelih,
matanya melotot memandang ke arah para suhengnya seperti orang minta tolong, kemudian tubuhnya berkelojotan
ketika wanita itu kelihatan jelas menghisaphisap lehernya ternyata bahwa urat besar di lehernya telah ditembusi
gigi yang meruncing dan kini dengan sepuasnya wanita itu menghisap darah yang membanjir keluar dari urat di
leher itu! Mata yang melotot itu makin hilang sinarnya dan pudar, wajahnya makin pucat dan akhirnya tubuh yang
meregang-regang itu lemas.
Kamis, 25 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar