Kini
dia membuka mulut dan terdengarlah suaranya yang merdu menyanyikan sajak dalam kitab To-tek-kheng, kitab utama
dari kaum tosu (Pemeluk Agama To)! Amat sempurna, namun tampak tak sempurna, tampak tidak lengkap, sungguhpun
kegunaannya tiada kurang Terisi penuh, namun tampaknya meluap tumpah, tampaknya kosong, sungguhpun tak pernah
kehabisan Yang paling lurus, kelihatan bengkok, yang paling cerdas, kelihatan bodoh, yang paling fasih,
kelihatan gagu. Api panas dapat mengatasi dingin, air sejuk dapat mengatasi panas, Sang Budiman, murni dan
tenang dapat memberkati dunia!" "Huah-ha-ha-ha! Anda tentulah lam-hai Seng-jin (Manusia Sakti Laut Selatan),
bukan? Sajak-sajak To-tekkheng agaknya telah menjadi semacam cap Anda, ha-ha-ha!" kata Pat-jiu Kai-ong sambil
tertawa mengejek. Tosu itu berkata , "Siancai! Pat-jiu Kai-ong bermata tajam, dapat mengenal seorang tosu
miskin dan bodoh." "Ah, jangan merendah, Totiang," kata Kiam-mo Cai-li, "Siapa orangnya yang tidak tahu bahwa
biarpun Anda seorang yang berpakaian tosu dan kelihatan miskin, namun memiliki sebuah istana dan menjadi
majikan dari Pulau Kura-kura. Ini namanya menggunakan pakaian butut untuk menutupi pakaian indah di sebelah
dalamnya." "Siancai! Pujian kosong...!" Tosu itu berkata dan mukanya menjadi merah. Tee-tok Siangkoan Houw
mngeluarkan suara menggereng tidak sabar. "Apa apaan semua kepura-puraan yang menjemukan ini? Patjiu Kai-ong
dan Kiam-mo Cai-li, ketika kami berlima datang tadi, kami melihat kalian sedang memperebutkan Sin-tong dan
tentu sebelas orang dusun ini kalian berdua yang membunuhnya!" "Tee-tok, urusan itu adalah urusan kami sendiri.
Perlu apa kau mencampuri?" Pat-jiu Kai-ong menjawab dengan senyum dan suara halus seperti kebiasaannya namun
jelas bahwa dia merasa tak senang. "Bukan urusanku, memang! Akan tetapi ketahuilah, kami berlima mempunyai
maksud yang sama, yaitu masing-masing menghendaki agar Sin-tong menjadi muridnya. Biarpun kami saling
bertentangan dan berebutan, namun kami memperebutkan Sin-tong untuk menjadi murid kami atau seorang di antara
kami. Sedangkan kalian berdua, mempunyai niat buruk!" kata pula Tee-tok yang terkenal sebagai orang yang tidak
pernah menyimpan perasaan dan mengeluarkannya semua tanpa tedeng aling-aling lagi melalui suaranya yang
nyaring. "Tee-tok, jangan sombong kau! Mengenai kepentingan masing-masing memperebutkan Sin-tong, adalah urusan
pribadi yang tak perlu diketahui orang lain. Yang jelas, kita bertujuh masing-masing hendak memiliki Sin-tong,
Untuk kepentingan pribadi masing-masing tentu saja sekarang bagaimana baiknya? Apakah kalian ini lima orang
yang mengaku sebagai tokoh-tokoh sakti dan gagah dari dunia kang-ouw hendak mengandalkan banyak orang
mengeroyok kami berdua. Aku, Kiam-mo Cai-li sama sekali tidak takut biarpun aku seorang kalian keroyok berlima,
akan tetapi betapa curang dan hinanya perbuatan itu. Terutama sekali Gin-siauw Siucai, tentu tidak begitu
rendah untuk melakukan pengeroyokan!" kata Kiammo Cai-li yang cerdik. "Perempuan sombong kau, Kiam-mo Cai-li!"
Tee-tok membentak marah dan melangkah maju. "Siapa sudi mengeroyokmu? Aku sendiri pun cukup untuk mengenyahkan
seorang iblis betina seperti engkau dari muka bumi!" "Tee-tok, buktikan omonganmu!" Kiam-mo Cai-li membentak
dan dia pun melangkah maju. "Eh-eh, nanti dulu! Apa hanya kalian berdua saja yang menghendaki Sin-tong? Kami
pun tidak mau ketinggalan!" kata Pat-jiu Kai-ong mencela. "Benar sekali! Perebutan ini tidak boleh dimonopoli
oleh dua orang saja! Aku pun tidak takut menghadapi siapa pun untuk memperoleh Sin-tong!" Thian-te Te-it Ciang
Ham membentak menggoyang tombak panjangnya melintang di depan dada. "Siancai, siancai...!" Lam-hai Seng-jin
melangkah maju, menggoyang kebutannya. "Harap Cuwi(Anda Sekalian) suka bersabar dan tidak turun tangan secara
kacau saling serang. Semua harus diatur seadilnya dan sebaiknya. Kita bukanlah sekumpulan bocah yang biasanya
hanya saling baku hantam memperebutkan sesuatu. Sudah jelas bahwa kita bertujuan sama, yaitu ingin memperoleh
Sin-tong. Akan tetapi kita lupa bahwa hal ini sepenuhnya terserah kepada pemilihan Sin-tong sendiri. Maka
marilah kita berjanji. Kita bertanya kepada Sin-tong, kepada siapa ia hendak ikut dan kalau dia sudah
menjatuhkan pilihannya, tidak seorangpun boleh melarang atau mencampuri, Bagaimana?" "Hemm, tidak buruk
keputusan itu. Aku setuju!" kata Tee-tok. "Aku pun setuju!" kata Thian-tok dan yang lain pun tidak mempunyai
alasan untuk tidak menyetujui keputusan yang memang adil ini, kemudian melanjutkan dengan kata-kata sengaja
dibikin keras agar terdengar oleh Sin-tong.
Sabtu, 27 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar