Baru bertemu dan memandang wajah Sin-tong itu
saja, mereka sudah merasa banyak berkurang penderitaan sakit mereka. Seolah-olah ada wibawa yang keluar dari
wajah bocah penuh kasih sayang itu yang meringankan rasa sakit yang mereka derita. Tentu saja hal ini
sebenarnya terjadi karena kepercayaan mereka yang penuh bahwa bocah itu akan dapat menyembuhkan penyakit
mereka, sehingga keyakinan ini sendiri sudah merupakan obat yang manjur. Dan bocah ajaib itu memang bukanlah
seorang dukun yang menggunakan kemujijatan dan sulap atau sihir untuk mengobati orang, melainkan berdasarkan
ilmu pengobatan yang wajar. Dia memilih buah, daun, bunga atau akar obat yang memang tepat mengandung khasiat
atau daya penyembuh terhadap penyakit-penyakit tertentu itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian yang makin lama makin
jelas terdengar oleh mereka semua. Juga in Liong, bocah ajaib itu, berhenti sebentar mengumpulkan dan memilih
obat yang akan dibagikan karena mendengar suara nyanyian yang aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata nyanyian
itu dimengertinya, dia mengerutkan alisnya dan menggeleng-geleng kepala. "Aihh, kalau hidup hanya untuk
mengejar kesenangan, apapun juga tentu tidak akan dipantangnya untuk dilakukan demi mencapai kesenangan!" kata
Sin Liong. "Huh-ha-ha, benar sekali, Sin-tong. Untuk mencapai kesenangan harus berani melakukan apapun juga,
termasuk membunuh para tamu-tamu yang tiada harganya ini!" Terdengar jawaban dan tahu-tahu disitu telah berdiri
Pat-jiu Kai-ong! Sebagai lanjutan kata-katanya, tongkatnya ditekankan kepada tanah di depan kaki lalu lima kali
ujung tongkat itu bergerak menerbangkan tanah dan kerikil ke depan. Tampak sinar hitam berkelebat menyambar
lima kali, disusul jerit-jerit kesakitan dan robohlah berturut-turut lima orang dusun yang berada di depan Sin
Liong, roboh dan berkelojotan kemudian tewas seketika karena tanah dan kerikil itu masuk ke dalam kepala
mereka! "Hi-hi-hik, kepandaian seperti itu saja dipamerkan di depan Sin-tong lihat ini!" Tiba-tiba terdengar
suara ketawa merdu dan tau-tahu di situ telah berdiri seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kiammo
Cai-li! Dia menudingkan payung hitamnya yang tertutup itu ke arah para penghuni dusun yang berwajah pucat dan
dengan mata terbelalak memandang lima orang teman mereka yang telah tewas. "Cuat-cuat-cuat...!" Dari ujung
payung itu meluncur sinar-sinar hitam dan berturut-turut, enam orang dusun yang masih hidup menjerit dan roboh
tak bergerak lagi, leher mereka ditembusi jarum-jarum hitam yang meluncur keluar dari ujung payung itu! Sejenak
Sin Liong terbelalak memandang kepada kedua orang itu yang berdiri di sebelah kanan dan kirinya. Kemudian dia
memandang ke bawah, ke arah tubuh sebelas orang dusun yang telah menjadi mayat. Mukanya menjadi merah, air
matanya berderai dan dengan suara nyaring dia berkata sambil menudingkan telunjuknya bergantian kepada Pat-jiu
Kai-ong dan Kiam-mo Cai, "Kalian ini manusia atau iblis? Kalian berdua amat kejam, perbuatan kalian amat
terkutuk. Membunuh orang-orang tak berdosa seolah kalian pandai menghidupkan orang. Bocah itu memandang kepada
sebelas mayat dan sesenggukan menangis. "Hi-hi-hik, Sin-tong yang baik, apakah kau takut kubunuh? Jangan
khawatir, aku datang bukan untuk membunuhmu," kata Kiam-mo Cai-li, agak kecewa melihat betapa bocah ajaib itu
menangis dan membayangkannya ketakutan. Sin Liong mengangkat muka memandang wanita itu, biarpun air matanya
masih berderai turun namun pandang matanya sama sekali tidak membayangkan ketakutan, "Kau mau bunuh aku atau
tidak, terserah. Aku tidak takut!" "Ha-ha-ha! Benar hebat! Sin-tong, kalau kau tidak takut kenapa menangis?"
Pat-jiu Kai-ong menegur. "Apa kau menangisi kematian orang-orang tak berharga itu?" Kiam-mo Cai-li menyambung.
"Mereka sudah mati mengapa ditangisi? Aku menangis menyaksikan kekejaman yang kalian lakukan, kau menangis
karena melihat kesesatan dan kekejaman kalian." Dua orang tokoh sesat itu terbelalak heran saling pandang
kemudian mereka teringat kembali akan niat mereka terhadap anak ajaib ini, maka keduanya seperti dikomando saja
lalu tertawa, dan keduanya dengan kecepatan kilat menyerbu ke depan hendak menubruk Sin-Liong yang berdiri
tegak dan memandang dengan sinar mata sedikitpun tidak membayangkan rasa takut! "Desss......!" Karena gerakan
mereka berbarengan, disertai rasa khawatir kalau-kalau keduluan oleh orang lain, maka melihat Pat-jiu Kai-ong
sudah lebih dekat dengan Sin-tong, Kiam-mo Cai-li lalu merobah gerakannya, tidak hendak menangkap Sin-tong
karena dia kalah dulu, melainkan melakukan gerakan mendorong dengan kedua tangannya ke arah Pat-jiu Kai-ong!
Jumat, 26 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar