Kemudian, diikuti pandang mata Han Ti Ong yang
terheran-heran bocah itu mulai menggali tanah dengan hanya menggunakan sebatang pisau kecil, pisau yang
biasanya dipergunakan untuk memotong-motong daun dan akar dan yang agaknya tak pernah terpisah dari saku
bajunya. Anak itu hendak menggali lubang untuk mengubur dua belas buah mayat busuk itu hanya dengan menggunakan
sebatang pisau kecil! Hampir saja Han Ti Ong tertawa tergelak saking geli hatinya, juga saking girangnya
mendapat kenyataan bahwa muridnya ini benar-benar seorang bocah ajaib yang mempunyai pribadi luhur dan wajar
tanpa dibuat-buat! Dengan kagum dia meloncat bangun, lari menghampiri yang telah menggali lubang beberapa
sentimeter dalamnya. "Cukup Sin Liong. Lubang itu sudah cukup lebih dari cukup untuk mengubur mereka."
"Ehhh...? Mana mungkin, Suhu...? "Ha, kau masih meragukan kelihaian suhumu? Lihat baik-baik!" Han Ti Ong lalu
mengeluarkan sebuah botol dari saku jubahnya, menggunakan ujung sepatunya mencongkel mayat-mayat itu menjadi
setumpukan barang busuk, dan dia menuangkan benda cair berwarna kuning dari dalam botol ke atas tumpukan mayat.
Tampak uap mengepul dan tumpukan mayat itu mencair, dalam sekejap mata saja lenyaplah tumpukan mayat itu karena
semua, berikut tulang-tulangnya, telah mencair dan cairan itu mengalir ke dalam lubang yang tadi digali Sin
Liong. Benar saja, cairan itu memasuki lubang dan meresap ke tanah, tentu saja lubang itu sudah lebih dari
cukup untuk menampung cairan itu. Dengan mata terbelalak penuh kagum, Sin Liong lalu menguruk lagi lubang itu
dan berlutut di depan kaki suhunya, "Suhu, terima kasih atas bantuan Suhu. Suhu sungguh sakti dan budiman."
"Aahhh....!" Muka Han Ti Ong menjadi merah dan dia mengeluarkan seruan itu untuk menutupi rasa malunya. Mana
bisa dia disebut budiman kalau mengubur mayat-mayat itu bukan terjadi atas kehendaknya, melainkan dia
"terpaksa" oleh muridnya? "Kalau aku tidak salah lihat, mereka ini adalah pendekar-pendekar gagah. Sungguh
kematian yang menyedihkan dan entah siapa yang dapat membunuh mereka. Mereka kelihatan bukan orang-orang
sembarangan yang mudah dibunuh. Mari kita pergi, Sin Liong!" Kembali murid itu dikempitnya dan Pangeran Sakti
itu menggunakan ilmu berlari cepat seperti tadi, melanjutkan perjalanan ke timur menuruni Pegunungan
Jeng-hoa-san. Tak lama kemudian, kembali Sin Liong yang dikempit(dijepit di bawah lengan) berseru, "Haiii Suhu,
harap berhenti dulu...!" Han Ti Ong menjadi gemas. Akan tetapi dia berhenti juga menurunkan bocah itu dari
kempitan di bawah ketiaknya. "Mau apa lagi kau? Awas, kalau tidak penting sekali, aku akan marah!" "Lihat
disana itu, Suhu. Tidak patutkah kita menolong orang yang sengsara itu? Siapa tahu dia juga sudah mati
disana..." Tanpa menanti jawaban suhunya, Sin Liong sudah lari menghampiri sesosok tubuh yang menggeletak di
bawah pohon tak jauh dari situ. Tubuh itu tidak bergerak-gerak, akan tetapi dari tempat ia berdiri, Han Ti Ong
mengerti bahwa orang itu belum tewas, agaknya pingsan atau tertidur saja. Dia tersenyum dan melihat muridnya
sudha menjatuhkan diri berlutut di depan orang itu. Betapa kagetnya ketika dia mendengar teriakan muridnya,
"Eihh, Suhu! Dia seeorang wanita!" Han Ti Ong terheran. Dia lalu meloncat ke arah muridnya dan melihat betapa
tiba-tiba orang yang disangkanya pingsan itu sudha meloncat bangun dan langsung memukul kepala Sin Liong dengan
kekuatan dahsyat. "Wuuuttt........... plakkk! Augghhh....!!" Wanita yang mukanya kotor matanya merah dan
rambutnya awutawutan itu menjerit ketika pukulannya tertangkis oleh lengan Han Ti Ong yang amat kuat. Dia
terhuyung ke belakang, sejenak memandang Han Ti Ong dan Sin Liong, kemudian menangis tersedu-sedu dan
bergulingan diatas tanah menangis seperti seorang anak kecil. "Jangan....aughhh, jangan....lepaskan
aku....lepaskan ...! Jangan bunuh mereka...!" Sin Liong tertegun dan memandang penuh kasihan. Juga Han Ti Ong
memandang penuh kasihan. Juga Han Ti Ong memandang dengan terharu, maklum bahwa dia berhadapan dengan seorang wanita yang berotak miring! "Toanio(Nyonya), kau kenapakah...? Sin Liong melangkah ke depan. Tiba-tiba wanita
itu meloncat bangun dan Han Ti Ong sudah siap melindungi muridnya yang sama sekali tidak kelihatan takut itu.
Akan tetapi wanita itu lalu tiba-tiba tertawa terkekeh. "Hi-hi-hi-hikk!" Aneh sekali, ketika wanita itu
tertawa, Han Ti Ong melihat wajah yang amat cantik manis! Wanita itu adalah seorang gadis muda yang amat
cantik, akan tetapi yang entah mengapa telah menjadi gila. Pakaian yang dipakainya adalah pakaian pria yang
terlalu besar, rambutnya yang hitam panjang itu riap-riapan tidak diurus, mukanya kotor terkena debu dan air
mata, matanya merah dan membengkak. "Hi-hi-hik, kubunuh engkau, Pat-jiu Kai-ong, aku bersumpah akan membunuhmu
untuk membalas kematian dua belas orang Suhengku!" Kemudian dia menangis lagi. " Hu-hu-huuuuuh.... Cap-sha
Sin-hiap dari Bu-tong-pai habis terbasmi...."
Rabu, 31 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar