Kerajaan di Pulau Es itu dibangun oleh seorang
pangeran, ratusan tahun yang lalu. Seorang pangeran yang amat sakti, seorang pangeran yang dianggap pemberontak
karena berani menentang kehendak kaisar, dan pangeran ini bersama keluaraganya menjadi pelariaan. Dengan
kesaktiannya, dia berhasil melarikan keluarganya ke pantai timur dan menggunakan sebuah perahu utnuk mencari
tempat baru. Tujuannya adalah ke pulau di timur di mana dahulu sudah banyak orang-orang pandai dari daratan
yang melarikan diri dan menjadi buronan karena berani menentang pemerintah, yaitu Kepulauan Jepang! Akan tetapi
dia tersesat jalan, perahunya dilanda badai hebat dan perahunya dibawa jauh ke utara sampai kemudian perahu itu
mendarat di sebuah pulau. Pulau Es! Melihat pulau itu tersembunyi, baik sekali dijadikan tempat
persembunyiannya, dan di sekitar situ terdapat pulau-pulau lain yang tanahnya cukup subur, maka pangeran
pelarian ini mengambi keputusan untuk menjadikan Pulau Es sebagai tempat tinggalnya. Dia lalu mengumpulkan
orang-orang yang setia kepadanya, membawa mereka ke Pulau Es menjadi pengikut-pengikutnya. Dibangunnya sebuah
istana yang kecil namun indah di Pulau itu dan berdirilah sebuah kerajaan kecil di tempat terasing ini! Berkat
kebijaksanaan Raja Pulau Es ini, para pengikutnya dan keluarga raja hidup aman tentram dan penuh kebahagiaan di
Pulau Es. Para keluarganya hidup rukun dan para pengikutnya membentuk keluarga-keluarga sehingga penghuni pulau
itu berkembang biak. Karena kesaktian rajanya, dan karena letak pulau itu yang sukar dikunjungi orang luar,
maka kerajaan kecil ini tidak pernah terganggu. Raja itu mewariskan kepandaiannya kepada keturunannya,
merupakan ilmu-ilmu warisan yang hebat, dan tentu saja para pengikut mereka mendapat pula pelajaran ilmu yang
tinggi. Pangeran Han Ti Ong adalah keturunan ke empat dari raja pertama di Pulau Es. Pangeran ini berbeda
dengan keturunan raja yang sudah-sudah. Kalau semua keturunan raja hidup di Pulau Es dan hanya meninggalkan
pulau kalau mereka ada keperluan di pulau-pulau kosong sekitar daerah itu untuk mengambil daun obat,
sayur-sayuran atau berburu binatang, maka Pangeran Han Ti Ong tidak betah tinggal di tempat sunyi itu. Dia
sering kali pergi dari pulau dan diam-diam dia melakukan perantauan di daratan! Dia adalah orang yang paling
banyak mewarisi ilmu nenek moyangnya sehingga dia adalah orang terpandai diantara para keluarga raja di Pulau
Es. Apalagi karena dengan kesukaannya merantau di daratan, dia dapat mengambil banyak ilmu-ilmu silat tinggi
yang lain dari daratan sehingga kepandaiannya bertambah. Dan gara-gara perantauan Pangeran inilah maka Pulau Es
menjadi makin terkenal dan nama Pangeran Han Ti Ong sendiri juga menggemparkan dunia kang-ouw sungguhpun dia
jarang sekali memperkenalkan diri. Melihat bajunya yang terhias gambaran naga dan burung Hong itu saja sudah
cukup bagi para tokoh kang-ouw untuk mengenal manusia sakti dari Pulau Es ini, seperti peristiwa yang terjadi
di Hutan Seribu Bunga ketika Pangeran ini menghadapi tujuh orang tokoh besar dunia kang-ouw. Para Pangeran yang
sudah-sudah, selalu mengambil isteri dari keluarga kerajaan sendiri, yaitu saudara-saudara misan mereka
sendiri. Hal ini adalah untuk menjaga agar "darah" kerajaan tetap "asli". Akan tetapi, berbeda dengan semua
kebiasaan para pangeran, Han Ti Ong yang jatuh cinta kepada seorang dara puteri penghuni Pulau Es biasa,
berkeras mengambil dara itu sebagai isterinya! Padahal biasanya, dara-dara yang berdarah "biasa" ini hanya
diambil sebagai selir-selir oleh para pangeran dan raja. Akan tetapi, Pangeran Han Ti Ong tidak mau mengambil
selir dan hanya mempunyai seorang isteri, yaitu anak nelayan yang menjadi pengikut keluarga raja, seorang dara
biasa saja, namun yang sesungguhnya memiliki kecantikan yang mengatasi kecantikan para puteri raja! Dari isteri
tercinta ini, Pangeran Han Ti Ong mempunyai seorang puteri yang pada waktu itu berusia enam tahun, seorang anak
perempuan yang mungil, cantik, keras hati seperti ayahnya dan gembira seperti ibunya. Anak ini diberi nama Han
Swat Hong(Angin Salju) ini diambil oleh Pangeran Han Ti Ong untuk menamakan puterinya karena ketika puterinya
terlahir, Pulau Es dilanda angin dan salju yang amat kuat! Pada pagi hari itu Swat Hong, nak perempuan berusia
enam tahun lebih itu, duduk bengong di tepi pantai Pulau Es. Dia sengaja memilih tempat sunyi yang agak tinggi
ini untuk melihat jauh ke selatan, dan hatinya penuh rindu terhadap ayahnya yang sudah pergi selama tiga bulan
itu. "Hong-ji (Anak Hong)..." Swat Hong menoleh dan melihat bahwa yang memanggil tadi adalah ibunya, dia lalu
meloncat bangun, lari menghampiri ibunya, meloncat dan merangkul leher ibunya dan menangis. Ibunya tertawa.
:Aih-aihhh... anakku yang biasanya periang tertawa mengapa menangis? Mengapa bulan yang berseri gembira menjadi
suram? Awan hitam apakah yang menghalanginya?" "Ibu, kau...kau kejam!" "Ihh! Ibumu kejam? Mungkin kalau sedang
menyembelih ikan atau ayam.
Rabu, 31 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar