Dengan masih berlutut Sin lIong berkata, "Locianpwe, sudilah kiranya Locianpwe menerima teecu sebagai murid."
Han Ti Ong kini memutar tubuh dan menghampiri anak yang masih berlutut itu. "Bocah, siapa namamu?" "Teecu She
Kwa, bernama Sin Liong. Dengan ringkas Sin Liong lalu menuturkan tentang kematian ayah bundanya dan mengapa dia
melarikan diri dan bersembunyi di hutan itu karena dia ngeri dan muak menyaksikan kekejaman manusia dan merasa
mendapatkan tempat yang tentram dan damai di tempat itu. "Hemm, kau ingin menjadi muridku hendak mempelajari
apakah?" "Mempelajari kebijaksanaan yang dimiliki Locianpwe dan tentu saja mempelajari ilmu kesaktian." "Kalau
kau hanya ingin belajar silat mengapa tadi kau menolak ketika para tokoh menawarkan kepadamu agar menjadi murid
mereka? Mereka itu adalah tokoh-tokoh yang memiliki kesaktian hebat." "Namun teecu masih melihat kekerasan di
balik kepandaian mereka. Teecu kagum kepada Locianpwe bukan hanya karena ilmu kesaktian, terutama sekali karena
sifat welas asih pada diri Locianpwe." "Tapi kau hendak belajar silat, mau kaupakai untuk apa? Bukankah kau
lebih dibutuhkan dan berguna berada disini bagi penduduk sekitar Jeng-hoa-san?" "Maaf Locianpwe. Tidak ada
seujung rambut pun hati teecu untuk mempergunakan ilmu kesaktian dalam tindakan kekerasan. Dan tidak tepat pula
kalau kepandaian teecu disini berguna bagi para penduduk. Buktinya, teecu hanya bisa mengobati orang sakit, itu
pun kalau kebetulan jodoh, sedangkan sebelas orang ini, tertimpa bahaya maut sampai mati tanpa teecu dapat
mencegahnya sama sekali. Andaikata teecu memiliki kepandaian seperti Locianpwe, apakah sebelas orang ini akan
tewas secara demikian menyedihkan? Teecu kini melihat bahwa menolong orang tidak hanya mengandalkan ilmu
pengobatan, juga untuk menyelamatkan sesama manusia dari tindasan orang kuat yang jahat, diperlukan kepandaian.
Mohon Locianpwe sudi memenuhi permintaan teecu." "Aku adalah seorang penghuni Pulau Es. Hidup disana tidaklah
mudah dan enak, tidak seperti disini. Kau akan mengalami kesukaran, bahkan menderita ditempat yang dingin itu."
"Kesukaran apa pun akan teecu terima dengan hati rela, karena tiada hasil dapat dicapai tanpa jerih payah,
Locianpwe." Han Ti Ong tersenyum. Memang dia sudah tertarik sekali melihat bocah yang dijuluki Sin-tong ini.
Bocah ini sama sekali tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri, melainkan untuk keselamatan orang lain yang lemah.
Selain itu, pandang matanya yang tajam dapat melihat bahwa bocah ini memang benar-benar bocah ajaib, memiliki
ketajaman otak dan pandangan yang luar biasa, juga memiliki darah dan tulang bersih, bakatnya malah jauh lebih
besar daripada dia sendiri! Kalau tadinya dia tidak mau menerima bocah ini sebagai murid adalah karena dia
merasa malu terhadap diri sendiri, karena kalau dia mengambil anak ini sebagai murid lalu apa bedanya antara
dia dengan tujuh orang yang dihalaunya pergi tadi. Akan tetapi, memang ada bedanya sekarang setelah Sin Liong
sendiri yang mengajukan permohonan agar diterima menjadi muridnya. "Kalau memang sudah bulat kehendakmu menjadi
muridku, baiklah, Sin-Liong. Mari kauikut bersamaku, akan tetapi jangan menyesal kelak. Hayo!" Han Ti Ong
kembali membalikkan tubuhnya dan hendak melangkah pergi. "Suhu, nanti dulu...!" Pangeran itu mengerutkan
alisnya. Lagi-lagi dia mendengar pengaruh yang luar biasa di balik suara anak itu yang memaksanya menoleh!
Dengan suara kesal dia berkata, "Mau apa lagi?" "Maaf, Suhu. Teecu mana bisa meninggalkan sebelas buah mayat
itu disini begini saja?" "Habis, apa maumu?" "Teecu harus mengubur mereka lebih dulu sebelum pergi." "Kalau aku
melarangmu?" Teecu tidak percaya bahwa Suhu akan sekejam itu, teecu yakin akan kebaikan budi Suhu. Akan tetapi
andaikata Suhu benar melarang teecu, terpaksa teecu akan membangkang dan tetap akan mengubur mayatmayat ini."
Sepasang mata pangeran itu terbelalak penuh keheranan. Anak berusia tujuh tahun sudah berani memiliki pendirian
seperti batu karang kokohnya. "Murid macam apa kau ini? Belum apa-apa sudah siap membangkang terhadap Guru!"
"Teecu menjadi murid bukan membuta, dan teecu ingin mempelajari ilmu yang baik. Kalau teecu mentaati saja
perintah Suhu yang tidak benar, sama saja dengan teecu menyeret Suhu ke dalam kesesatan." Mata Han Ti Ong makin
terbelalak. Hampir dia marah, akan tetapi dia dapat melihat apa yang tersembunyi di balik ucapan yang kelihatan
kurang ajar ini dan dia mengangguk-angguk. "Lakukanlah kehendakmu, aku menunggu." "Terima kasih! Teecu memang
tahu bahwa Suhu seorang sakti yang budiman!"
Selasa, 30 Oktober 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar