Selasa, 06 November 2012

BUKEK SIANSU (48)

Kini, wanita itu menjadi selir gurunya, dan setelah The Kwat Lin menjadi permaisuri, kebahagiaan ibu Swat Hong menjadi musna! Bahkan kini berekor seperti ini, dengan larinya Swat Hong menggantikan ibunya ke Pulau Neraka sedang ibu dara itu sendiri pergi entah ke mana! Dialah, langsung atau tidak bertanggung jawab. Akan tetapi, tidak mungkin dia menegur gurunya, Juga permaisuri tidak dapat dipersalahkan. Betapapun juga, dia harus memperlihatkan tanggung jawabnya atas kerusakan hidup Swat Hong dan ibunya. Kalau dia mendiamkan saja, seolah-olah dia ikut pula persekutuan untuk merusak hidup ibu dan anak itu. "Pulau Neraka kabarnya merupakan tempat berbahaya sekali. Aku harus menyusul Swat Hong dan melindunginya." Demikian dia mangambil keputusan dalam hatinya dan dia tidak lagi berpamit kepada gurunya karena maklum gurunya sedang berada dala kedukan dan kepusingan. Pula, Sin Liong sudah biasa meninggalkan pulau itu mencari tetumbuhan obat, maka kepergiannya dengan sebuah perahu menunggalkan Pulau Es tidak ada yang menaruh curiga. Dengan tenaganya yang amat kuat Sin Liong mendayung perahunya sehingga perahu meluncur amat cepatnya menuju ke Pulau Neraka. Dia sudah tahu dimana letaknya pulau itu, dari keterangan yang diperolehnya ketika dia bertanya-tanya kepada para penghuni Pulau Es Bahkan diam-diam pernah pula seorang diri mendayung perahu mendekati Pulau Neraka ini akan tetapi hanya melihat dari jauh dan dia merasa ngeri sekali. Pulau itu dari jauh tampak kehitaman seperti pulau yang pantas di huni oleh setan dan iblis.Pantainya penuh dengan batu-batu karang yang runcing dan tajam, amat berbahaya apalagi kalau ombak sedang besar. Sama sekali tidak tampak ada penghuninya sehingga ketika itu Sin Liong menduga-duga bahwa orang-orang buangan yang dibuang dari Pulau Es tentu telah tewas di jalan, tentu tewas di atas pulau itu. Maka dia menentang keras dalam hatinya kalau melihat di Pulau Es diadakan pengadilan dan diputusakan hukuman buang ke Pulau Neraka, karena baginya, dibuang ke Pulau Neraka sama dengan menghadapi kematian yang mengerikan, baik di dalam perjalanan menuju ke pulau itu atau setelah berasil mendarat. Dan kini Swat Hong telah pergi ke Pulau Neraka mewakili ibunya! Dia kagum dan khwatir. Kagum akan keberaniannya dan kebaktian sumoinya terhadap ibunya, akan tetapi khawatir sekali akan keselamatan sumoinya yang belum dewasa benar itu. Sumoinya baru berusia empat belas tahun! Biarpun dia tahu bahwa ilmu kepandaian sumoinya sudah hebat dan cukup untuk dipakai untuk menjaga diri, namaun betapapun juga sumoinya itu masih kanak-kanak! Sin Liong sama sekali tidak ingat bahwa usianya sendiri hanya satu tahun lebih tua dari pada usia Swat Hong! Perjalanan dari Pulau Es ke Pulau Neraka melalui lautan yang penuh dengan gumpalan-gumpalan es yang mengapung di permukaan laut, gumpalan es yang kadang-kadang sebesar gunung dan celakalah kalau sampai perahu tertumpuk oleh gumpalan es menggunung itu yang kadang-kadang bergerak, digerakkan oleh angin. Celaka pula kalau sampai terjepit di antara dua gumpalan es yang begitu saling menempel tentu akan melekat dan membuat perahu terjepit di tengah-tengah. Akan tetapi, Sin Liong sudah banyak mendengar tentang ini maka dia tahu pula caranya menghindarkan perahunya dan tidak mendekat gumpalan-gumpalan es yang berbahaya, melainkan mencari jalan di celahcelah yang agak lebar. Kemudian dia tiba di daerah lautan yang penuh dengan ikan hiu. Ratusan ikan hiu yang hanya tampak siripnya itu berenang di kanan kiri dan belakang perahunya. Betapapun juga tinggi ilmunya, ngeri juga hati Sin Liong karena dia tahu bahwa sekali perahunya terguling, kepandaianya tidak akan berguna banyak dalam melawan ratusan ikan buas itu di dalam air! Cepat ia mengeluarkan bungkusan yang sudah dibawanya sebagai bekal, membuka bungkusan dan menaburkan sedikit bubuk hitam di kanan kiri, depan belakang perahunya. Tak lama kemudian, ikan-ikan hiu itu pergi berenang pergi dengan cepat seperti ketakutan setelah mencium bau bubukan hitam yang disebarkan oleh Sin Liong. Pemuda ini sudah mendengar akan bahaya ikan-ikan buas, maka dia telah membawa bekal racun bubukan hitam yang sering kali dipergunakan oleh para penghuni Pulau Es untuk mengusir ikan-ikan buas di waktu mereka mencari ikan.

0 komentar:

Posting Komentar