gila! Kau yang tidak waras dan berotak miring! Kalau aku membohongi iblis-iblis ini, apa hubungannya dengan
kau?" Sin Liong benar-benar menjadi bingung. Biasanya Swat Hong bersikap manis kepadanya dan biarpun dia tahu
bahwa dara ini berhati keras, akan tetapi belum pernah bersikap sekeras itu kepadanya. Tiba-tiba muncul Soan Cu
yang berkata kepada kakeknya, suaranya nyaring sehingga terdengar oleh semua orang. "Kong-kong, apa yang
dikatakan Sin Liong memang benar! Dia beriktikad baik terhadap kita, Kong-kong. Malam tadi aku datang kepadanya
untuk mengejeknya, akan tetapi dia sebaliknya malah menunjukkan bahaya maut yang mengancam diriku." Kakek itu
terkejut. "Bahaya maut? Apa maksudmu?" "Sin Liong ternyata memiliki ilmu pengobatan yang lihai sekali. begitu
melihat aku, dia mengatakan bahwa aku terserang hawa beracun dari sebelah dalam dan jika tidak diobati dengan
tepat, dalam waktu kurang dari setahun aku tentu akan mati." "Hahh...??" Kakek itu dan semua pembantunya
terbelalak kaget memandang dara itu yang bersikap sungguh-sungguh. "Dan dia memang benar. Dia mengantakan bahwa
setiap tengah malam aku tentu merasa pening dan dibagian punggung seperti ditusuk-tusuk jarum, kalau pagi kedua
kaki pegal-pegal dan sehabis makan tentu merasa mual hendak muntah. Semua yang dikatakanya itu ternyata tepat
sekali, Kong-kong." Berubah wajah kakek itu. Soan Cu adalah seorang yang amat disayangnya, bahkan disayang oleh
pembantunya karena dara inilah yang akan mewarisi seluruh ilmu kepandaiannya dan yang akan menggantikannya
menjadi Ketua Pulau Neraka. Tentu saja mendengar bahwa usia Soan Cu hanya tinggal setahun, dia terkejut bukan
main dan cepat memandang kepada Sin Liong. Sin Liong sendiri bengong dan terheran-heran. Akan tetapi ketika dia
memandang Soan Cu ketika kakek itu membalik dan menghadapinya, dia melihat dara itu secara lucu telah
mengejapkan mata kirinya, maka mengertilah dia bahwa dara itu kembali membohong! Membohong dengan cerdik bukan
main dalam usahanya untuk menolongnya! "Kwa Sin Liong, benarkah cucuku diancam hawa beracun? Benarkah??"
Melihat sikap Sin Liong meragu, agaknya sukar bagi pemuda itu untuk membohong maka Soan Cu cepat berkata lagi,
"Kong-kong, dia mengatakan bahwa dia dapat memberikan obatnya, akan tetapi dia hanya mau memberi obat kalau dia
dan sumoinya dibebaskan dari sini. Terserah kepada Kong-kong berat aku atau berat mereka itu." Swat Hong sudah
hampir membuka mulutnya memaki dara itu yang dia tahu telah membohong. Dia sendiri mendengar percakapan mereka
dan dara itu sama sekali tidak sakit, bahkan telah memberi obat penolak binatang beracun kepada Sin Liong, dan
menyatakan betapa dara tak tahu malu itu amat suka dan kagum kepada Sin Liong, maka datang menolongnya.
Sekarang dara itu mengatakan hal yang bukan-bukan! Akan tetapi, ketika mendengar ucapan terakhir dari Soan Cu,
tahulah dia bahwa dara itu kini membohong untuk menolong Sin Liong dan dia terbebas dari Pulau Neraka!
Kenyataan ini membuat dia bungkam kembali. Betapa baiknya dara itu dan betapa akan buruknya dia kalau dia
membongkar rahasia gadis itu. Tentu Sin Liong akan makin kagum kepada Soan Cu dan makin benci kepadanya.
Pikiran inilah yang membuat dia membungkam dan tidak melanjutkan niatnya untuk membantah Soan Cu. Hati kakek
itu makin bingung. Lenyaplah semua nafsunya untuk menawan Sin Liong dan Swat Hong. Dia memandang Sin Liong dan
bertanya, "Orang muda, benarkah engkau dapat menyelamatkan cucuku?" Kini Sin Liong yang menjadi bingung. Pemuda
ini sama sekali tidak pernah membohong dan hatinya tidak akan dapat membohong, namun dia tahu bahwa kalau dia
menyangkal kata-kata Soan Cu, sama saja mencelakakan gadis yang berniat baik kepadanya itu. Maka dia lalu
menjawab dengan suara ragu-ragu dan perlahan, "Aku dapat memberi obat pembersih darah dan penguat tulang
kepadanya, Tocu." "Dan kau menjamin bahwa cucuku tentu akan sembuh dan terhindar dari ancaman maut hawa beracun
di tubuhnya itu?" Kakek itu mendesak. "Kong-kong mengapa tidak percaya kepadanya? lekas minta obatnya dan
engkau yang harus menjamin bahwa dia dan sumoinya tidak akan diganggu," kata Soan Cu. Kakek berkepala besar itu
meraba-raba jenggotnya. "Hemmm,harus ada buktinya dulu. Kwat Sin Liong, mulai saat ini engkau dan Sumoimu
puteri Han Ti Ong harus tinggal di pulau ini sebagai tamu sambil menanti hasil pengobatanmu kepada cucuku.
Kalau kau gagal mengobatinya, hemmm, aku tidak akan mengampuni kalian berdua. Kalau cucuku sembuh, barulah kita
bicara lagi." Sin Liong mengerutkan alisnya hendak membantah peraturan yang berat sebelah ini, akan tetapi dia
melihat Soan Cu mengedipkan mata kirinya maka dia menarik napas panjang dan mengangguk lalu berkata, "Harap
sediakan alat tulis, biar kulukiskan bentuk daun yang harus dicari." Sin Liong lalu melukiskan beberapa macam
daun yang mudah dicari dan yang mempunyai khasiat biasa saja, yaitu sekedar penambah kekuatan tubuh. Ouw Kong
Ek lalu menyuruh seorang pembantunya untuk mencari daun-daun yang dilukis itu di pulau sebelah Pulau Neraka di
mana terdapat banyak tetumbuhan. Adapun Sin Liong dan Swat Hong lalu diperlakukan sebagai tamu terhormat,
bahkan disediakan dua kamar yang bersih untuk mereka, dilayani baik-baik dan tentu saja di samping pelayanan
ini, para pelayan yang terdiri dari pembantu-pembantu ketua, bertugas pula sebagai penjaga! "Kuperingatkan
kepada kalian agar menanti sampai cucuku sembuh. Lari pun tidak akan ada gunanya bagi kalian karena
perahu-perahu kalian telah kami simpan dan di sekeliling Pulau Neraka tidak akan ada perahu sebuah pun. Tanpa
perahu, bagaimana kalian akan dapat meninggalkan pulau ini?" Demikinan pesan Ouw Kong Ek sebelum dia
meninggalkan dua orang itu sehingga Swat Hong menjadi mendongkol sekali dan hampir saja dia memaki-maki ketua
itu kalau tidak ditahan oleh Sin Liong yang memegang lengannya. Setelah ketua itu meninggalkan mereka berdua di
dalam pondok di mana mereka untuk sementara tinggal, Sin Liong menegur sumoinya , "Sumoi, mengapa kau bersikap
seperti itu?" "Suheng, aku tidak nyangka sama sekali akan menyaksikan engkau yang terkenal alim kini bermain
gila dengan gadis puteri ketua Pulau Neraka. Huhh!" Sin Liong mengerutkan alisnya dan memandang tajam kepada
sumoinya,hatinya bertanya mengapa sumoinya memperhatikan soal begitu, padahal sama sekali tidak ada sangkut
paut dengan sumoinya. "Sumoi, engkau tahu betul bahwa Nona Ouw Soan Cu melakukan hal itu demi menolong kita.
Siapakah yang main-main dengan dia?" "Hemm, apa kaukira aku tidak tahu betapa dia suka kepadamu dan sengaja
mendatangi kamar tahananmu untuk merayumu?" "Sumoi! jadi sudah selama ini kau berada di sini? Dan aku diam
saja? Sumoi, mengapa kau menyangka yang bukan-bukan? Kalau kau sudah tahu akan kunjungannya itu, tentu kau tahu
juga bahwa dia datang untuk memberi obat penolak binatang-binatang berbisa. Sumoi, kita semestinya berterima
kasih kepadanya, dia bermagsud baik bahkan tidak segan-segan membohong kepada Kong-kongnya demi keselamatan
kita." "Ya, ya, memang dia baik sekali dan cantik sekali. Siapa yang tidak tahu?" "Sumoi..., harap jangan
marah. Dia adalah seorang gadis yang bernasib buruk sekali, ibunya meninggal ketika melahirkan dia, ayahnya
pergi entah kemana dan sampai kini belum kembali..." "Memang, dia seorang gadis bernasib buruk yang patut
dikasihani, tidak seperti aku..." dan Swat Hong lalu menelungkupkan muka di atas meja dan menangis! Sin Liong
terkejut, beberapa kali hendak memegang lengan sumoinya akan tetapi ditahannya tangannya. "Aihh... Sumoi,
engkau pun bernasib buruk, dan aku merasa kasihan sekali kepadamu. Karena aku merasa kasihan aku menyusulmu.
Sumoi, diamlah jangan menangis. Apakah Sumoi telah bertemu dengan Ibumu?" Swat Hong seketika berhenti menangis,
mengangkat mukanya yang basah air mata dan memandang kepada Sin Liong. Pemuda itu merasa kasihan sekali, lalu
mengeluarkan saputangannya dan mengapus air mata yang membasahi muka gadis itu. "Suheng...apa maksudmu? Apa
yang terjadi dengan dia? Bukankah ibu berada di Pulau Es dan aku sudah mewakilinya?"Mendengar tentang ibunya,
seketika lupalah Swat Hong akan kemarahan dan kedukaan hatinya sendiri. "Ibumu juga telah pergi meninggalkan
Pulau Es..." dengan singkat Sin Liong lalu menceritakan apa yang terjadi setelah gadis itu lari pergi dari
Pulau Es, betapa ibunya juga pergi, tidak mau disuruh tinggal di Pulau Es setelah puterinya membuang diri ke
Pulau Neraka. "Aku tadinya mengharapkan engkau dapat bertemu dengan ibu maka aku tidak melihatmu di sini,Sumoi.
Jadi engkau belum bertemu dengan ibumu?" Gadis itu mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala, kelihatan muram
wajahnya mendengar akan kepergian ibunya. "Ah, kalau begitu ke manakah perginya ibumu?" Sin Liong termenung dan
diam-diam dia pun merasa prihatin sekali akan nasib wanita itu. Tiba-tiba Swat Hong berdiri dan mengepal tinju,
mukanya agak pucat ketika dia berkata, "Aku mau pergi dari sini sekarang juga! Aku harus mencari ibu sampai
ketemu, dan aku tidak akan kembali ke Pulau Es! Aku tidak akan sudi menggantikan ibu di Pulau Neraka ini pula.
Bukankah ibu sudah meninggalkan Pulau Es sehingga percuma saja aku mewakilinya?" "Nanti dulu, Sumoi, kau tidak
bisa pergi begitu saja. Tentu mereka akan menghalangimu!" "Aku tidak takut! Yang menghalangi aku akan kubunuh!"
"Sabarlah, Sumoi. Perlu apa kita mencari permusuhan dengan mereka yang berjumlah banyak? Bukan soal takut atau
tidak takut, akan tetapi mereka adalah manusia-manusia yang bernasib buruk sekali, dipaksa tinggal di tempat
seperti neraka ini. Bahkan mereka boleh dibilang senasib dengan ibumu dan denganmu sendiri. Selain itu ke
manakah kita harus mencari ibumu? Kalau kita berbaik dengan mereka, bukankah kemudian mereka dapat membantu
kita mencari? Dengan tenaga banyak orang kukira akan lebih mudah mencari Ibumu yang tidak jelas ke mana
perginya itu." Swat Hong dapat dibujuk dan akhirnya dia duduk di atas bangku sambil mengerutkan alisnya dengan
wajah muram.
Jumat, 09 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar