Selasa, 06 November 2012

BUKEK SIANSU (49)

Beberapa jam kemudian, kembali dia menghadapi ancaman ikan-ikan kecil yang banyak sekali jumlahnya, mungkin laksaan. Ikan-ikan besar ibu jari kaki, akan tetapi keganasannya melebihi ikan hiu. Ikan-ikan ini bahkan berani menyerang orang di atas perahu dengan jalan meloncat dan menggigit. Sekali mulut yang penuh gigi runcing seperti gergaji itu mengenai tubuh, tentu sebagian daging dan kulit terobek dan terbawa moncongnya! Apalagi kalau sampai orang jatuh ke dalam air. Dalam waktu beberapa menit saja tentu sudah habis tinggal tulangnya dikeroyok laksaan ikan buas ini. Kembali Sin Liong dengan cepat menyebar obat bubuk hitam beracun itu dan ikan-ikan kecil itupun lari cerai berai tidak berani lagi mendekati sampai perahu meluncur meninggalkan daerah berbahaya itu. Setelah melalui perjalanan yang amat sulit akhirnya menjelang senja, sampai juga perahu Sin Liong di pantai Pulau Neraka. Tetapi seperti dugaannya, pulau itu memang mengerikan sekali. Hutan yang terdapat di pulau itu amat besar dan liar, pohon-pohon aneh dan menghitam warnanya memenuhi hutan yang kelihatannya sunyi dan mati. Namun, dibalik kesunyian itu Sin Liong merasakan seolah-olah banyak mata mengamatinya dan maut tersembunyi disana-sini, siap untuk mencengkram siapa pun yang berani mendarat! Melihat keadaan pulau ini makin berdebar hati Sin Liong, penuh kekhawatiran terhadap keselamatan Swat Hong. Apakah dara itu sudah berasil mendarat? Tentu Swat Hong dapat mencapai pulau ini, karena dara itupun tahu jalan ke situ, dan mengerti pula tempat-tempat berbahaya yang dilaluinya tadi sehingga seperti juga dia, tentu Swat Hong telah membawa bekal obat pengusir ikan-ikan buas tadi dengan cukup. Akan tetapi dia tidak melihat sebuah pun perahu di pantai Pulau Neraka. Apakah ada penghuninya? Atau semua orang buangan telah mati terkena racun yang kabarnya memenuhi pulau ini? Karena khawatir kemalaman sebelum dapat menemukan Swat Hong, Sin Liong lalu meloncat ke darat dan menarik perahunya ke atas. Kemudian dia membalik dan memasuki hutan. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, terdengar suara berdengung-dengung dan entah dari mana datangnya, tampak ratusan ekor lebah berwarna putih menyambar-nyambar dan mengeroyoknya! Dari bau yang tercium olehnya, tahulah Sin Liong bahwa lebah-lebah itu mengandung racun yang amat jahat maka tentu saja dia terkejut sekali! Cepat dia lari dari tempat itu, namun lebah-lebah itu mengejar terus, beterbangan sambil mengeluarkan suara berdengung-dengung yang mengerikan. Sin Liong cepat menanggalkan jubah luarnya dan memutar jubah itu di sekeliling tubuhnya. Dari putaran jubah ini menyambar angin dahsyat dan lebah-lebah itu terdorong jauh oleh hawa yang menyambar dari putaran jubah.Sin Liong tidak tega untuk membunuh lebah-lebah itu maka dia hanya menggunakan hawa putaran jubahnya untuk mengusir. namun, binatang-binatang kecil itu hanya tidak mampu mendekati dan menyerang tubuh Sin Liong, akan tetapi sama sekali tidak terusir, bahkan kini makin banyak dan terbang mengelilingi Sin Liong dari jarak jauh sehingga tidak terjangkau oleh hawa pukulan jubah. Melihat ini, Sin Liong kaget. betapapun kuatnya tidak mungkin baginya untuk berdiri di situ sambil memutar jubahnya semalam suntuk, bahkan selamanya sampai lebah-lebah itu terbang pergi! Lalu teringatlah dia akan senjata yang paling ampuh. Api! Dengan tangan kiri terus memutar jubah melindungi tubuhnya, Sin Liong lalu mengumpulkan daun kering dan mencari batu yang keras. Dengan pengerahan tenaganya, dia menggosok dua batu itu sehingga timbul percikan bunga api yang membakar daun kering. Diambilnya sebatang ranting kering dan dibakarnya ranting ini. Benar saja. Dengan ranting yang ujungnya menyala ini dipegang tinggi di atas kepala, tidak ada lebah yang berani mendekatinya. Dia melanjutkan perjalanan, dan terus menerus menyalakan api diujung ranting yang dikumpulkan dan dibawanya. Dapat dibayangkan betapa ngeri hatinya ketika melihat banyak sekali binatang berbisa di sepanjang jalan. Ular-ular kecil, kalajengking, lebah-lebah dan sebangsanya merayap-rayap lari ketika dia datang dengan obor di tangan. Untung dia membawa ranting bernyala. Semua binatang berbisa itu takut terhadap api. Andaikata dia tidak membawa api tentu dia telah dikeroyok oleh binatang-binatang kecil yang semuanya berbisa itu, dari atas dan bawah! lebah-lebah itu terus mengikutinya, akan tetapi dari jarak jauh, terbukti dari suara yang berdengung-dengung itu masih terus berada di belakangnya. Tiba-tiba terdengar suara bersuit panjang dan lebah-lebah itu beterbangan makin dekat, kembali mengurungnya dan kelihatan seperti marah. Bahkan ada beberapa yang ekor yang meluncur dekat sekali, akan tetapi menjauh lagi ketika Sin Liong menggunakan api di ujung ranting untuk mengusirnya.

0 komentar:

Posting Komentar