Beberapa jam kemudian, kembali
dia menghadapi ancaman ikan-ikan kecil yang banyak sekali jumlahnya, mungkin laksaan. Ikan-ikan besar ibu jari
kaki, akan tetapi keganasannya melebihi ikan hiu. Ikan-ikan ini bahkan berani menyerang orang di atas perahu
dengan jalan meloncat dan menggigit. Sekali mulut yang penuh gigi runcing seperti gergaji itu mengenai tubuh,
tentu sebagian daging dan kulit terobek dan terbawa moncongnya! Apalagi kalau sampai orang jatuh ke dalam air.
Dalam waktu beberapa menit saja tentu sudah habis tinggal tulangnya dikeroyok laksaan ikan buas ini. Kembali
Sin Liong dengan cepat menyebar obat bubuk hitam beracun itu dan ikan-ikan kecil itupun lari cerai berai tidak
berani lagi mendekati sampai perahu meluncur meninggalkan daerah berbahaya itu. Setelah melalui perjalanan yang
amat sulit akhirnya menjelang senja, sampai juga perahu Sin Liong di pantai Pulau Neraka. Tetapi seperti
dugaannya, pulau itu memang mengerikan sekali. Hutan yang terdapat di pulau itu amat besar dan liar,
pohon-pohon aneh dan menghitam warnanya memenuhi hutan yang kelihatannya sunyi dan mati. Namun, dibalik
kesunyian itu Sin Liong merasakan seolah-olah banyak mata mengamatinya dan maut tersembunyi disana-sini, siap
untuk mencengkram siapa pun yang berani mendarat! Melihat keadaan pulau ini makin berdebar hati Sin Liong,
penuh kekhawatiran terhadap keselamatan Swat Hong. Apakah dara itu sudah berasil mendarat? Tentu Swat Hong
dapat mencapai pulau ini, karena dara itupun tahu jalan ke situ, dan mengerti pula tempat-tempat berbahaya yang
dilaluinya tadi sehingga seperti juga dia, tentu Swat Hong telah membawa bekal obat pengusir ikan-ikan buas
tadi dengan cukup. Akan tetapi dia tidak melihat sebuah pun perahu di pantai Pulau Neraka. Apakah ada
penghuninya? Atau semua orang buangan telah mati terkena racun yang kabarnya memenuhi pulau ini? Karena
khawatir kemalaman sebelum dapat menemukan Swat Hong, Sin Liong lalu meloncat ke darat dan menarik perahunya ke
atas. Kemudian dia membalik dan memasuki hutan. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, terdengar suara
berdengung-dengung dan entah dari mana datangnya, tampak ratusan ekor lebah berwarna putih menyambar-nyambar
dan mengeroyoknya! Dari bau yang tercium olehnya, tahulah Sin Liong bahwa lebah-lebah itu mengandung racun yang
amat jahat maka tentu saja dia terkejut sekali! Cepat dia lari dari tempat itu, namun lebah-lebah itu mengejar
terus, beterbangan sambil mengeluarkan suara berdengung-dengung yang mengerikan. Sin Liong cepat menanggalkan
jubah luarnya dan memutar jubah itu di sekeliling tubuhnya. Dari putaran jubah ini menyambar angin dahsyat dan
lebah-lebah itu terdorong jauh oleh hawa yang menyambar dari putaran jubah.Sin Liong tidak tega untuk membunuh
lebah-lebah itu maka dia hanya menggunakan hawa putaran jubahnya untuk mengusir. namun, binatang-binatang kecil
itu hanya tidak mampu mendekati dan menyerang tubuh Sin Liong, akan tetapi sama sekali tidak terusir, bahkan
kini makin banyak dan terbang mengelilingi Sin Liong dari jarak jauh sehingga tidak terjangkau oleh hawa
pukulan jubah. Melihat ini, Sin Liong kaget. betapapun kuatnya tidak mungkin baginya untuk berdiri di situ
sambil memutar jubahnya semalam suntuk, bahkan selamanya sampai lebah-lebah itu terbang pergi! Lalu teringatlah
dia akan senjata yang paling ampuh. Api! Dengan tangan kiri terus memutar jubah melindungi tubuhnya, Sin Liong
lalu mengumpulkan daun kering dan mencari batu yang keras. Dengan pengerahan tenaganya, dia menggosok dua batu
itu sehingga timbul percikan bunga api yang membakar daun kering. Diambilnya sebatang ranting kering dan
dibakarnya ranting ini. Benar saja. Dengan ranting yang ujungnya menyala ini dipegang tinggi di atas kepala,
tidak ada lebah yang berani mendekatinya. Dia melanjutkan perjalanan, dan terus menerus menyalakan api diujung
ranting yang dikumpulkan dan dibawanya. Dapat dibayangkan betapa ngeri hatinya ketika melihat banyak sekali
binatang berbisa di sepanjang jalan. Ular-ular kecil, kalajengking, lebah-lebah dan sebangsanya merayap-rayap
lari ketika dia datang dengan obor di tangan. Untung dia membawa ranting bernyala. Semua binatang berbisa itu
takut terhadap api. Andaikata dia tidak membawa api tentu dia telah dikeroyok oleh binatang-binatang kecil yang
semuanya berbisa itu, dari atas dan bawah! lebah-lebah itu terus mengikutinya, akan tetapi dari jarak jauh,
terbukti dari suara yang berdengung-dengung itu masih terus berada di belakangnya. Tiba-tiba terdengar suara
bersuit panjang dan lebah-lebah itu beterbangan makin dekat, kembali mengurungnya dan kelihatan seperti marah.
Bahkan ada beberapa yang ekor yang meluncur dekat sekali, akan tetapi menjauh lagi ketika Sin Liong menggunakan
api di ujung ranting untuk mengusirnya.
Selasa, 06 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar