"Agaknya Tocu telah mengerti akan kerasnya peraturan hukum di Pulau Es, dan sebetulnya yang dianggap
melanggar hukum adalah istri suhu sendiri, istri tua, yang aku yakin hanyalah karena fitnah belaka. Suhu telah
menjatuhkan hukuman kepada Subo, dan Sumoi lalu mewakili ibunya untuk membuang diri ke Pulau Neraka, maka aku
menyusul ke sini untuk mengajaknya pulang ke Pulau Es." Tiba-tiba ketua Pulau Neraka tertawa bergelak, tertawa
penuh kegembiraan sampai kedua matanya mengeluarkan air mata! "Huah-ha-ha-ha! Ha-ha-ha, betapa lucunya! Rasakan
kau sekarang Han Ti Ong, Raja keparat! Rasakan kau betapa perihnya orang tertimpa kesengsaraan karena keluarga
berantakan. Haha- ha!" Semua orang yang melihat dan mendengar kata-kata ketua Pulau Neraka ini, kontan
tertawa-tawa semua, mentertawakan Raja Pulau Es! Biarpun mereka belum sempat membalas dendam kepada Raja Pulau
Es, mendengar nasib buruk Raja itu sudah merupakan hiburan besar yang amat menyenangkan hati mereka. Hanya anak
perempuan itu saja yang tidak ikut tertawa karena dia agaknya tidak mengerti apa-apa, dan pada saat itu dia
hanya saling pandang dengan Sin Liong yang juga terheran-heran. "Hei, Kwat Sin Liong! Betapa baiknya ceritamu,
akan tetapi aku masih belum percaya kalau tidak melihat sendiri peteri Han Ti Ong datang ke pulau ini. kita
tunggu dan lihat saja. Setelah aku melihat puteri Han Ti Ong berada di pulau ini, barulah kita akan bicara
lagi. Tangkap dia dan masukan dalam kamar tahanan sambil menanti munculnya puteri Han Ti Ong!" Si Brewok dan
beberapa orang yang agaknya menjadi pembantu utama ketua Pulau Neraka sudah melangkah menghampiri Sin Liong
dengan sikap mengancam. Pemuda ini maklum bahwa tidak ada jalan lain kecuali menyerah sambil menanti munculnya
Sumoinya karena sebelum dia bertemu degnan Sumoinya, melawan hanya akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada
artinya saja. Maka dia mengangkat kedua tangannya dan berkata, "Aku tidak akan melawan, kecuali kalau kalian
menggunakan kekerasan. Aku menyerah dan mau menanti di kamar tahanan sampai Sumoiku muncul." Melihat sikap
tenang dan ucapan yang berwibawa ini, belasan orang yang mengurung Sin Liong dengan sikap mengancam tadi
kelihatan ragu-ragu. Akan tetapi Sin Long lalu melangkah ke depan dan berkata, "Marilah bawa aku ke kamar
tahanan." "Jangan ganggu dia, biar dia mengaso di kamar tahanan dan layani baik-baik sampai puteri Han Ti Ong
mucul. kalau dia membohong, hemm, baru kita akan berpesta membunuhnya!" Ketua Pulau Neraka berkata sambil
terkekeh-kekeh karena hatinya senang sekali mendengar betapa Han Ti Ong sampai membuang istrinya sendiri ke
Pulau Neraka, kemudian puterinya malah membuang diri ke Pulau Neraka. Biarpun dia belum percaya benar akan
cerita ini sebelum dia menyaksikan buktinya, namun berita itu saja sudah mendatangkan rasa senang di dalam
hatinya. Dengan sikap gagah dan tenang sekali Sin Liong digiring ke dalam kamar tahanan, diikuti oleh pandang
mata penuh khawatir dari anak perempuan tadi. Setelah rombongan itu lenyap, anak perempuan itu mencela ketua
Pulau Neraka, "Kong-kong kenapa dia ditahan? Dia luar biasa, berani dan pandai sekali!" "Hushh! Dia orang Pulau
Es, dia murid Han Ti Ong, karena itu dia adalah musuh kita. Mengerti?" Anak perempuan itu cemberut, lalu
meninggalkan kakek itu sambil bersungut-sungut sedangkan kakeknya tertawa bergelak dengan hati senang. Dia lalu
memberi isyarat memanggil seorang kepercayaannya, lalu berbisik-bisik sambil tersenyum-senyum. Pembantunya juga
tertawa, mengangguk-anguk lalu pergi. Kakek ini, ketua Pualu Neraka yang memiliki kepandaian tinggi, sama
sekali tidak curiga kepada cucunya sendiri, tidak tahu bahwa cucunya itu tadi menyelinap dan mendengarkan
perintah yang dia berikan kepada orang kepercayaannya. Sin Liong adalah seorang pemuda yang tidak pernah
mempunyai prasangka buruk terhadap orang lain. Dia belum banyak mengenal kepalsuan watak manusia dan biarpun
terhadap orang-orang Pulau Neraka, dia tetap menaruh kepercayaan. Maka diapun percaya penuh akan kata-kata
ketua Pulau Neraka dan dengan suka rela dia menyerahkan diri, tidak melawan ketika digiring memasuku kamar
tahanan! Setelah berada di dalam kamar di bawah tanah yang sempit itu, dengan jendela dan besi dari baja, dan
ruji baja yang kuat memenuhi jendela sebagai jalan hawa, dia segera duduk besila. Dia tak menaruh khawatir akan
keadaan dirinya, akan tetapi dia merasa gelisah mengapa sumoinya belum tiba di Pulau Neraka? Dia percaya bahwa
ketua Pulau Neraka tidak membohonginya.
Rabu, 07 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar