Rabu, 07 November 2012

BUKEK SIANSU (52)

Permainan kanak-kanak seperti itu!" Kakek berkepala besar itu mendengus marah. "Kong-kong juga bisa? Ajarkan aku kalau begitu!" anak prempuan itu berkata dengan sikap dan suara manja. "Hushh! Diamlah kau!" kakek itu membentak dan sejak tadi matanya tidak pernah berpindah dari Sin Liong. Dibentak seperti itu, anak perempuan itu cemberut dan mukanya merah, menahan tangis. Sin Liong merasa kasihan lalu meloncat turun dan berkata menghibur, "Adik yang manis, jangan berduka. Biarlah kalau ada kesempatan aku akan mengajarkannya kepadamu." Anak perempuan itu memandang Sin Liong dengan mata terbelalak, kemudian lenyaplah kemuraman wajahnya yang manja menjadi berseri-seri kembali. "Orang muda yang bersikap dan bermulut lancang! Siapa engkau yang mengandalkan sedikit kepandaian untuk mengacau Pulau Neraka?" Kakek itu membentak, menahan kemarahannya karena dia merasa direndahkan sekali ketika serangan sepasang tongkatnya tadi gagal dan dihadapi oleh pemuda itu secara luar biasa. Sin Liong cepat memberi hormat dengan menjura dalam-dalam, kemudian dia berkata dengan suara tenang, "Harap To-cu suka memaafkan kedatanganku ke Pulau Neraka ini. Seperti telah kukatakan kepada semua penghuni Pulau Neraka kedatanganku sama sekali tidak mengandung niat buruk atau hendak bermusuhan. Aku bernama Kwa Sin Liong dan ...." "Dia murid Han Ti Ong!" tiba-tiba Si Brewok berkata lantang. Ucapan ini disambut dengan suara berisik dari semua oang yang berada di situ karena mereka sudah menjadi marah sekali. Semua orang yuang berada disitu adalah orang-orang buangan dari Pulau Es, semenjak raja pertama sehingga sudah tinggal disitu selama tiga keturunan, ada orang buangan baru dan ada pula yang merupakan turunan dari orang-orang buangan lama, akan tetapi kesemuanuya mempunyai rasa benci dan dendam pada satu nama, yaitu Pulau Es! Maka begitu mendengar pemuda tampan dan tenang ini adalah murid Han Ti Ong, raja terakhir dari Pulau Es, dapat dibayangkan kemarahan hati mereka. Dengan pandang mata mereka yang liar mereka hendak mencabik-cabik dan membunuh pemuda itu yang dianggapnya seorang musuh besar, dan andaikata mereka itu tidak takut kepada ketua mereka, tentu mereka telah menyerbu untuk melaksanakan niat yang terbayang dalam pandang mata mereka itu. "Akan tetapi dia selalu menentang Han Ti Ong, menentang pembuangan ke Pulau Neraka!" terdengar suara beberapa orang membela, yaitu suara Bouw Tang Kui, Lu Kiat, Sia Gin Hwa dan beberapa orang buangan baru yang lain. "Bunuh saja dia!" "Seret murid Han Ti Ong!" "Jadikan dia mangsa ular!" Kakek bekepala besar itu mengangkat kedua lengannya ke atas dan membentak, "Diam...!!" Sin Liong kembali terkejut. Ketika mengeluarkan suara bentakan tadi ketua Pulau Neraka agaknya telah mengerahkan khikangnya sehingga dia sendiri yang berdiri di depan kakek itu merasa betapa kedua kakinya tergetar! Mengertilah dia bahwa ketua Pulau Neraka ini benar-benar memiliki ilmu kepandaian tinggi dan tahulah dia bahwa dia telah memasuki sarang naga dan berada dalam keadaan terancam. Namun Sin Liong tidak merasa takut sedikitpun juga karena dia merasa bahwa dia tidak melakukan suatu kesalahan terhadap mereka ini. Maka kembali dia menjura kepada ketua Pulau Neraka sambil berkata, "To-cu, sekali lagi kujelaskan bahwa kedatanganku ini sama sekali tidak mengandung niat buruk dan kalau tidak ada perlu sekali pasti aku tidak akan berani menginjakan kaki ke pulau ini. Aku datang untuk mencari Sumoiku yang bernama Han Swat Hong puteri Suhu....." Sin Liong menghentikan kata-katanya karena teringat bahwa dia telah kelepasan bicara, akan tetapi karena sudah terlanjur maka tak mungkin kata-kata itu ditariknya kembali. "Putera Han Ti Ong...??" Ketua Pulau Neraka berseru keras sekalli sampai mengagetkan semua orang. "Kau mencari puteri Han Ti Ong di sini?" Sin Liong berkata, "Benar, To-cu. Karena aku menduga bahwa dia berada di sini maka aku menyusul ke sini." "Tangkap puteri Han Ti Ong!" "Bunuh dia!" "Gantung puterinya!" Kini Sin Liong mengangkat kedua lengannya dan sambil menggerakan khikangnya dia beseru, "Harap Cuwi diam!" Dan diamlah semua orang. Di antara meraka yang memiliki kepandaian tinggi, termasuk ketua Pulau Neraka, kagum sekali karena orang muda yang belum dewasa benar ini ternyata memiliki kekuatan khikang yang amat hebat! "Harap Tocu tidak salah sangka. Puteri Han Ti Ong itu juga menjadi orang buangan." Ucapan Sin Liong ini tentu saja mengejutkan dan mengherankan hati semua orang sehingga mereka tidak dapat mengeluarkan kata-kata melainkan hanya memandang kepada SinLiong dengan mata terbelalak. "Kau bohong!" Kakek berkepala besar itu menghardik. "Mana mungkin Han Ti Ong membuang puterinya sendiri ke Pulau Neraka?"

0 komentar:

Posting Komentar